Film biopik mungkin tidak memiliki penggemar sebanyak film superhero atau sci-fi, tapi kita bisa banyak belajar sejarah dari biopik. Kita dapat memetik banyak pelajaran hidup dari orang-orang hebat yang kisahnya diangkat menjadi film. Mungkin mereka adalah orang yang lebih dari layak menjadi role model kita.
Bohemian Rhapsody (2018)
Ini adalah salah satu film biopik paling fenomenal karena pendapatan yang tinggi dan menjadi box office di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Bahkan yang tidak familiar dengan grup band Queen pun mampu menikmati film ini dengan baik. Selain karena sepak terjang Queen sendiri yang menarik, pemeran utamanya yaitu Rami Malek mampu merepresentasikan seorang Freddie Mercury dengan sempurna.
Freddie yang narsis dan flamboyan ditampilkan dengan sangat baik. Begitu pula hingga Freddie mengakui orientasi seksualnya. Film yang berdurasi 2 jam 13 menit ini menjadi tidak terasa lama karena akting Rami. Di proyek film terbarunya, Rami menjadi antagonis dalam James Bond.
Hal lain yang menjadi poin plus Bohemian Rhapsody adalah gambaran detail mengenai masa-masa kejayaan Queen dahulu. Selain Rami yang menggunakan makeup prostetik, setting panggung ketika ia menyanyi benar-benar tampak seperti kejadian sebenarnya. Kepribadian Freddie sendiri sudah unik dari sananya sehingga karakternya menjadi hiburan tersendiri. Meski ia meninggal di usia muda, film ini tidak digambarkan dengan cara yang menyedihkan.
La Vie en Rose (2007)
Satu lagi film biopik dengam gambaran yang terasa nyata yaitu La Vie en Rose. Film ini menggambarkan perjalanan hidup Edith Piaf yang penuh tragedi. Ia dicampakkan oleh ibunya dan sempat diasuh oleh seorang pelacur. Akibat penyakit, masa mudanya dilalui dengan kondisi buta dan tuli. Ia lalu diambil kembali oleh sang ayah yang memanfaatkan kemampuannya bernyanyi. Suara Edith yang sangat indah telah membuat hidupnya berubah. Dalam waktu singkat Edith mendapat ketenaran.
Marion Cotillard dianggap berhasil memerankan seorang Edith. Banyak penggemar yang menganggap ia sangat mirip dengan Edith. Edith sendiri adalah penyanyi kebanggan Prancis. Namun kecanduan miras dan morfin membuat hidupnya menjadi singkat. Edith pergi ketika berusia 47 tahun.
Ip Man
Ip Man adalah film biopik mengenai seorang ahli bela diri bernama Yip Man. Ia diperankan oleh Donnie Yen. Ip Man tak hanya dikenal karena keahliannya dalam bela diri Wing Chun. Berkat dirinyalah, Bruce Lee lahir dengan kemampuan bela diri yang luar biasa.
Film ini tak hanya fokus pada kehidupan seorang Ip Man sebagai ahli bela diri tetapi juga hidupnya di masa penjajahan Jepang. Ia juga digambarkan baik hati, berperangai lembut, dan sangat mencintai istrinya. Berkebalikan dengan pandangan orang awam mengenai bela diri yang dianggap sebagai orang yang suka berkelahi, Ip Man justru tidak suka baku hantam. Sikapnya selalu tenang dan terkontrol.
Film ini dibuat atas persetujuan dari anak-anak Yip Man. Putra tertuanya menjadi salah satu dari tim konsultan untuk adegan laga di film ini. Ip Man sendiri sudah rilis 3 seri (Ip Man 4 rencana akan rilis tahun ini). Tak hanya berhasil secara materi, Ip Man juga memenangkan Hong Kong Film Awards untuk kategori film terbaik dan koreografi aksi terbaik. Stasiun televisi di Indonesia juga pernah menayangkan versi serialnya.
Padman (2018)
Padman adalah film komedi drama yang terinspirasi dari kisah hidup Arunachalam Muruganantham. Namun film ini menamai tokohnya dengan nama berbeda.
Alkisah Laksmi yang seorang pandai besi merasa tak tega membiarkan istrinya, Gayatri, harus tidur di luar rumah setiap kali datang bulan. Harga pembalut terlalu mahal untuk dibeli sehingga istrinya menggunakan kain kotor sebagai pembalut cadangan. Laksmi berjuang untuk mengubah stigma negatif tentang haid sekaligus menciptakan pembalut yang murah agar istrinya dapat hidup aman dan sehat.
Di luar filmnya yang sangat menghibur, Padman adalah gambaran kaum marjinal yang tak punya akses untuk hidup lebih baik. Film ini adalah gambaran nyata perempuan miskin India yang tak mampu membeli pembalut sehingga harus menggunakan kain kotor yang justru dapat menimbulkan penyakit.
Arunachalam sendiri harus berjuang untuk memertahankan istrinya sekaligus melawan cemohan bahkan kebencian masyarakat karena tindakannya yang dianggap nyeleneh. Sisi lain yang menarik dalam film ini adalah interaksi penuh cinta antara Laksmi dan Gayatri meski mereka berbeda pandangan mengenai pembalut.
Green Book (2018)
Film ini bertema rasisme dan menggambarkan hubungan unik antara Don Shirley dengan Toni “Lip” Vallelonga. Don Shirley adalah seorang pianis kulit hitam. Demi mengubah stigma terhadap kulit hitam, ia berusaha hidup dengan harga diri yang tinggi agar tak direndahkan.
Film ini menggambarkan perjalanan hidupnya melakukan pertunjukan musik dari satu kota ke kota lain. Di masa itu, Amerika masih sangat rasis sehingga Don Shirley membutuhkan pengawal khusus yang memastikan ia aman selama di perjalanan. Namun pengawalnya yaitu Tony berubah menjadi sahabat karibnya.
Don Shirley diperankan oleh Mahershala Ali sementara Tony oleh Viggo Mortensen. Film ini sempat menuai kontroversi karena kerabat Don Shirley yang masih hidup memertanyakan keaslian kisah dalam Green Book. Hal ini tak mengherankan sebab Don Shirley diketahui memutus tali silaturahmi dan sibuk berkarir di bidang musik. Ini membuat kerabatnya yang masih hidup tidak mengetahui bagaimana hidupnya.
On The Basis of Sex (2018)
Ini adalah kisah hidup dari seorang Hakim Agung perempuan di Mahkamah Agung Amerika. Ia adalah Ruth Bader Ginsburg. Film ini menceritakan salah satu fase dalam hidupnya yaitu perjuangan Ruth menuntut ilmu dan mendapat pekerjaan hingga akhirnya mengambil suatu kasus mengenai diskriminasi gender.
Ruth diperankan dengan sangat baik oleh Felicity Jones. Suaminya, Martin, diperankan oleh Armie Hammer. Kita akan melihat banyak scene yang menggambarkan hubungan manis Ruth dan Martin.
Film ini juga menggambarkan bagaimana rasisme dan diskriminasi begitu buruk di Amerika. Ruth adalah salah satu orang yang memerjuangkan kesetaraan itu. Ruth ingin membuktikan bahwa ketidakadilan gender tak hanya merugikan perempuan tapi juga laki-laki. Stigma mengenai jenis kelamin harus dihapuskan agar kita tidak dinilai sembarangan.
Spotlight (2015)
Mau lihat Mark Ruffalo bukan dalam sosok superhero? Tonton Spotlight. Di sini ia berperan sebagai seorang jurnalis yang mewawancarai para korban kekerasan seksual. Pelakunya adalah para pemuka agama. Liputan ini, pada kenyataannya, mendapatkan anugrah Pulitzer. Ada beberapa nama lain yang juga tak asing dalam jajaran cast seperti Michael Keaton, Rachel McAdams, serta Liev Schreiber sebagai pemeran pendukung.
Ada beberapa bagian dari film ini yang masuk kategori disturbing. Meski kejadian pelecehannya tidak digambarkan melainkan melalui narasi tetapi detailnya akan tetap membuat bergidik. Salah satu yang dianggap pelaku ketika diwawancarai tidak merasa bersalah.
Spotlight adalah gambaran yang sangat bagus mengenai bagaimana jurnalisme bekerja dan berfungsi bagi masyarakat. Film ini akan sangat cocok bagi yang mencintai dunia jurnalistik. Melalui film ini pula kita dapat melihat sisi gelap dari gereja.
Captain Phillips (2013)
Tom Hanks kembali menunjukkan giginya dengan berperan sebagai Captain Phillips. Film ini berkisah tentang sebuah kapal yang dibajak oleh bajak laut Somalia. Awalnya Kapten Phillips dan kapal Maersk Alabama berserta kru mengangkut kargo sebanyak 17.000 ton. Kapal ini berangkat menuju Kenya. Ternyata ada dua kapal kecil yang mengikuti kapalnya. Akhirnya pembajakan pun terjadi.
Tentu saja salah satu elemen menarik dari film ini adalah akting memikat Tom Hanks dan Barkhad Abdi. Film ini juga dianggap berhasil mereka ulang kejadian dengan baik.
Namun film ini memiliki kontroversi ketika kru kapal menuding Kapten Phillips bukanlah pahlawan dan tidak bertindak sebagai pemimpin seperti dalam film. Kru mengaku sudah memohon kepada Kapten Phillips agar tidak terlalu dekat dengan wilayah para pembajak tetapi tidak didengarkan. Sang kapten justru mengambil risiko sehingga mereka menjadi korban para bajak laut.
The Aviator (2004)
Martin Scorsese terhitung rajin berkolaborasi dengan Leonardo DiCaprio. Salah satunya dalah film The Aviator. Film ini pun bertabur bintang besar seperti Cate Blanchett, Kate Beckinsale, dan Alec Baldwin.
Kisahnya tentang seorang kaya raya bernama Howard Hughes. Ia sangat menikmati hidupnya dengan membeli pesawat, membuat film, hingga menjadi seorang playboy dengan mengencani gadis-gadis populer Hollywood. Karena kekayaannya ia berani memproduksi film termahal yang pernah ada di era itu.
Leonardo, tentu saja, menunjukkan akting yang baik. Begitu pula Cate Blanchett dan Kate Beckinsale sebagai kekasihnya. Cate berperan sebagai Katharine Hepburn dan Kate sebagai Ava Gardner. Keduanya dikenal sebagai ikon kecantikan Hollywood di masa lampau.
The Aviator disebut sebagai salah satu film terbaik di tahun film ini rilis. Tak hanya gambaran glamour dari hidup seorang Howard, The Aviator juga menunjukkan sisi menyedihkannya. Ia menjadi terlalu takut dengan kuman dan tak mau menyentuh apapun.
The Last Emperor (1987)
Ini adalah kisah mengenai seorang kaisar yang baru berusia tiga tahun dan turun tahta ketika berusia tujuh tahun. Tanpa mengetahui apa itu menjadi kaisar karena usia yang terlampau muda, kisah hidupnya menjadi begitu ironi. Kaisar ini bernama Pu Yi. Ketika komunis Tiongkok mengambil alih kekuasaan dan kekaisaran runtuh, ia ditangkap dan ditahan di sebuah kamp. Ia tak memiliki kebebasan, bahkan untuk keluar dari rumahnya sendiri.
Film ini dibuat langsung di dalam Kota Terlarang (Forbidden City). Ini adalah sebuah tempat yang sangat luas hingga mencapai 250 hektar. Ada 9999 kamar di dalamnya. Pu Yi muda tak hanya tak memiliki kendali dalam hidupnya. Istrinya menjadi pecandu opium dan berselingkuh darinya. Ia dimanfaatkan oleh Jepang sebagai boneka yang lalu ditangkap oleh Rusia.
Pekerjaan terakhirnya adalah menjadi seorang tukang kebun. Masa itulah yang justru menunjukkan Pu Yi dalam keadaan paling bahagia. The Last Emperor mendapat rating/tomatometer 91% dari Rotten Tomatoes.
