Connect with us
Koko Harsoe
Koko Harsoe | Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura

Music

Virtual Jazz Concert with Koko Harsoe and Friend

Koko Harsoe and Friend didapuk sebagai pengisi acara pilot project konser di era new normal “Jazztreaming!”.

Hiruk pikuk dan sorak sorai penonton, musisi yang berjingkrak-jingkrak, hingga warna warni sorot lampu panggung adalah gambaran umum sebuah konser musik.

Bila itu jazz, biasanya akan sedikit lebih kalem, penonton hanya manggut-manggut, berdansa kecil di tempat, atau genre up-beat jazz seperti funk, bebop, atau bahkan jazz-rock yang sering membuat penonton menari bersama. Setidaknya begitulah manusia mengenal sebuah konser musik sejauh ini. Namun nampaknya pandemi Covid-19 bakal merubah semuanya.

Bagaimana tidak, saat ini banyak tempat di dunia sudah mulai mengampanyekan “new normal” atau kenormalan baru, lekat dengan penerapan protokol-protokol kesehatan yang telah merubah banyak hal. Mulai dari sering cuci tangan, kemana-mana membawa hand sanitizer, memakai masker hampir setiap waktu hingga jaga jarak dengan manusia lainnya.

Lantas bagaimana dengan masa depan konser musik yang selama ini lekat dengan penonton yang berdesakan?

Live Online Concert Streaming via Social Media

Live Online Streaming via Social Media | Dicky Bisinglasi/Cultura

Awal Juli lalu, Koko Harsoe and Friend, didapuk sebagai pengisi acara pilot project konser di era new normal “Jazztreaming!”. Koko Harsoe, yang namanya sudah cukup malang melintang di dunia musik jazz tanah air membawakan lima lagu.

Perhatiannya terhadap anjing menginspirasi komposisi pertama yang ia bawakan, berjudul ‘Muma Story’. Muma adalah anjing liar depan rumahnya yang susah ditangkap dan disterilkan. Muma juga sering bersedih ketika anak-anaknya harus direscue oleh para penyelamat anjing di Bali, dia sedih kehilangan anak-anaknya.

Koko Harsoe

Koko Harsoe | Dicky Bisinglasi/Cultura

Lagu kedua adalah ‘Singhasari Swita’. Lagu tentang sejarah kerajaan Singhasari di Malang-Jawa Timur yang terdiri dari 3 bagian lagu. Lagu ketiga, Koko Harsoe meng-cover sebuah lagu berjudul ‘Eternal Child’, dari musisinya idolanya; Chick Corea. ‘Have You Heard’ dari Patt Metheny dibawakan dalam urutan keempat. Terakhir, sebuah gubahan berjudul ‘Claire’s Song’ dari Yellowjackets dari album Mirage à Trois tahun 1983.

Musisi jazz asal Kota Batu, Jawa Timur yang saat ini berdomisili di Pulau Dewata ini memilih memainkan komposisi-komposisi fusion-jazz pada malam konser virtual itu. “Saya suka sekali dengan gamelan, namun saya tidak bisa memainkannya”, jawaban Koko Harsoe saat ditanya adanya kandungan unsur etnis dalam gubahan yang ia bawakan. Sehingga alasan tersebut membuatnya “menyamarkan” unsur-unsur pentatonis dalam instrumen gitar dan piano.

Virtual Jazz Concert with Koko Harsoe and Friend

Personel Mengenakan Masker | Dicky Bisinglasi/Cultura

Koko Harsoe tampil dengan tiga personel lain; seorang pemain keyboard, contrabass dan seorang drummer. Hampir dari setiap mereka tampil dengan mengenakan masker. Cuma Koko Harsoe yang menurunkan maskernya se-dagu, karena ia juga memainkan harmonika dan harus menyapa beberapa orang yang hadir dalam konser tersebut.

Selama hampir lima bulan Koko Harsoe tidak pernah benar-benar manggung. Hanya beberapa kali konser kolaborasi online dari rumah masing-masing selama pandemi corona ini. Meskipun mengaku enjoy, Koko Harsoe juga harus beradaptasi dengan tata cara konser kenormalan baru ini dimana gerak penonton dibatasi dan diberi jarak.

Virtual Jazz Concert with Koko Harsoe and Friend

Penonton duduk di kursi berjarak | Dicky Bisinglasi/Cultura

Selama pandemi ini para seniman, event organizer, produser musik hampir dipastikan 100% kehilangan pekerjaan mereka. Dengan konser new normal ini dia berharap setidaknya mengobati kondisi tersebut.

Konser yang dibuka oleh kelompok Straight and Stretch Quartet featuring vokalis Mia Samira ini dimotori oleh PT. Ubud Vista Jafesindo dan Antida Musik, yang selama ini dikenal sebagai organizer dari Ubud Village Jazz Festival.

Awak Broadcasting Memakai Masker

Awak Broadcasting Memakai Masker | Dicky Bisinglasi/Cultura

Bertempat di bagian timur kota Denpasar, beberapa protokol kesehatan harus dipatuhi oleh siapapun yang datang ke konser ini, termasuk para crew broadcasting. Pertama masuk, para hadirin yakni awak media dan pihak otoritas kesehatan penanggulangan Covid-19 dicek suhu tubuhnya dengan thermogun, lalu wajib mencuci tangannya di tempat yang telah disediakan. Dan tentunya semua dari mereka wajib mengenakan masker.

Panitia menyediakan hanya beberapa kursi, karena konser ini memang terbatas, lebih dimaksudkan online live streamingnya di beberapa platform sosial media. Kursi-kursi pun ditata dengan jarak yang cukup berjauhan satu sama lain.

Koko Harsoe and Friend

Koko Harsoe and Friend | Dicky Bisinglasi/Cultura

Konser online yang dijadwalkan selama dua jam, dari pukul 19:00 hingga 21:00 ini bahkan berakhir lebih cepat 15 menit sebelumnya. Hal ini juga menyesuaikan kebijakan pemerintah kota Denpasar yang di beberapa titik masih menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM). Salah satu poinnya adalah membatasi kegiatan masyarakat hingga maksimal pukul 21:00 WITA.

Penyelenggara berharap konser ini dapat dijadikan sebagai standar gelaran konser serupa di Bali juga di Indonesia nantinya. Tentunya sepanjang virus corona masih ada disekitar kita.

Luigi's Hot Pizza Luigi's Hot Pizza

Luigi’s Hot Pizza: Pizza Rave Pertama di Bali

Lifestyle

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase

Memorable Stay Experience at The Apurva Kempinski Bali

Culture

Connect