Connect with us
Vampires vs The Bronx
Netflix

Film

Vampires vs The Bronx: Teror Vampir Dalam Wujud Perusahan Properti

Film petualangan horror remaja yang menghibur dan ramah keluarga.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Memasuki bulan Oktober, Netflix akan merilis banyak film bernuansa horror. Sebagai pemanasan dan sambutan yang hangat menjelang Halloween, Vampires vs The Bronx merupakan film horror petualangan yang bisa kita tonton bersama keluarga. Film ini disutradarai oleh Osmany Rodriguez, dibintangi oleh Jaden Michael, Georgy Diaz IV, dan Gerald Jones III.

Bercerita tentang tiga sekawan yang tinggal di sebuah pemukiman kecil bernama Bronx. Dimana sebagian besar penduduknya adalah kaum minoritas di Amerika, seperti Miguel dan Luis yang merupakan keturunan Amerika Latin, dan Bobby keturunan kulit hitam. Miguel sebagai penduduk lokal yang ingin mempertahankan tempat tinggalnya menemukan fakta bahwa perusahaan properti yang hendak menguasai properti di Bronx ternyata merupakan komplotan vampir. Bersama sahabat-sahabatnya, Miguel hendak menyelematkan rumah yang Ia cintai dengan membasmi vampir-vampir tersebut.

Perpaduan Antara Hey Arnorld! dan Attack the Block

Banyak materi lama yang membentuk film horror petualangan remaja ini. Pertama, film ini cukup serupa dengan plot dari Attack the Block (2011), tentang kekumpulan remaja yang melawan invasi alien di pemukiman mereka. Kemudian sangat mirip dengan cerita Hey Arnold!: The Movie (2002), dimana Arnold dan kawan-kawan hendak melawan perusahaan properti yang hendak menggusur pemukiman mereka. Gabungkan keduanya, ganti alien dengan vampir, tamburkan beberapa materi humor, maka terciptalah Vampires vs The Bronx.

Vampires vs The Bronx

Netflix

Film petualangan remaja ini juga akan mengingatkan kita pada Stranger Things dan It, namun dengan sentuhan horror dan kisah sekumpulan remaja yang secara ajaib mampu melawan entiti yang sangat kuat. Hanya dengan modal persahabataan, keberanian, dan referensi budaya pop.

Petualangan Horror yang Menghibur Dengan Sentuhan Isu Sosial

Meski memiliki banyak referensi dari berbagai film atau serial yang sudah ada sebelumnya, setidaknya sosok vampir sebagai antagonis dalam Vampires vs The Bronx terasa baru. Salah satu konsep menarik yang dieksekusi dalam cerita adalah memposisikan komunitas vampir sebagai perusahaan properti. Ide tersebut menciptakan isu gentrifikasi dengan cara yang humoris dan satire.

Bagaimana Bronx menjadi representasi kaum tertindas oleh para vampir yang hendak tinggal di konduminium mewah, dengan toko antik berkelas, dan restoran yang lebih bergaya. Padahal Bronx sendiri sudah memiliki coraknya sendiri sebagai pemukiman kaum minoritas yang sederhana, namun cukup membuat setiap anak yang tinggal di sana merasa diterima dan nyaman bergaul dengan teman-temannya.

Tiga sekawan Miguel, Bobby, dan Luis memiliki interaksi yang menyenangkan untuk disimak. Setiap karakter juga memiliki kepribadian yang steriotipikal, menciptakan interkasi yang dinamis dan konten humor yang menghibur. Aksi mereka dalam mempersiapkan diri untuk melawan vampir, membuat rencana, dan menganalisa tingkah laku makhluk penghisap darah ini juga merupakan salah satu bagian menyenangkan dalam film.

Efek Visual yang Murahan dan Akhir Cerita yang Kurang Maksimal

Dengan segala rencana dan chemistry dari geng pembasmi vampir, sayangnya perjuangan mereka tidak diakhiri dengan monumental. Penulis naskah seakan memiliki banyak bekal dan ide pada awal cerita, namun kebingungan mengembangkan objektif serta akhir dari kisah tiga sekawan ini. Eksekusi adegan yang seharusnya menjadi titik klimaks terasa sangat mudah dan tidak menimbulkan “ledakan” tertentu.

Satu lagi yang kekurangan dari film ini adalah kualitas efek visualnya yang sangat murahan. Ada sedikit adegan yang memperlihatkan vampir terbang dan terlihat sangat canggung. Begitu juga beberapa efek CGI berkualitas rendah. Anggap saja hal tersebut bagian dari lelucon yang dieksekusi dalam film ini. Masih bisa dimaklumi karena film ini memiliki label sebagai film komedi.

Secara keseluruhan, Vampires vs The Bronx bisa menjadi tontonan yang cukup seru untuk keluarga. Bebas dari adegan eksplisit, bahkan tidak ada cipratan darah dan tidak mengandung adegan kekerasan berlebihan. Sangat aman ditonton bersama anak atau adik kita yang masih kecil.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect