Connect with us
Two Distant Strangers
Netflix

Film

Two Distant Strangers Review

Mengekspose isu rasisme yang sesuai dengan realita tragis dan menyakitkan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Two Distant Strangers” merupakan film pendek yang berhasil masuk nominasi The Academy Award pada ajang Oscar 26 April 2021 mendatang. Film dengan genre isu sosial dengan kemasan fiksi ilmiah ini ditulis oleh Trevon Free dan Ia sutradarai bersama Martin Desmond Roe. Melalui film pendek berdurasi kurang lebih 30 menit ini, Trevon berani mengulik isu dengan luka segar yang masih dirasakan oleh komunitas kulit hitam di Amerika, yaitu isu rasisme pada warga kulit hitam oleh pihak polisi.

Diceritakan Carter James (Joey Bada$$) adalah seorang seniman yang hendak pulang ke rumah setelah kencan dengan seorang perempuan yang baru Ia temui, Perri (Zaria Simone). Tak sabar untuk segera pulang dan bertemu dengan anjingnya, Carter harus terjebak dalam lingkaran waktu dengan mimpi buruk yang selalu menghantui warga kulit hitam seperti dirinya di Amerika.

Two Distant Strangers

Dalam segi produksi, “Two Distant Strangers” memiliki arahan visual yang hangat dan cerah, kontras dengan pesan tragis yang hendak disampaikan. Memperlihatkan pagi yang sempurna di pemukiman Amerika, setelah kencan pertama dengan seorang gadis yang manis. Tujuan Carter untuk segera pulang dan bertemu dengan anjing kesayangan juga semakin memberikan kedamaian tersendiri pada babak pertama kisah Carter.

Tak berusaha menjadi karya cinematic yang gelap, “Two Distant Strangers” dengan tepat menunjukan realita mengerikan yang bisa terjadi kapanpun; bahkan pada hari yang sempurna sekalipun bagi setiap orang kulit hitam. Dikemas dengan konsep plot time-loop ala “Groundhog Day”, Trevor hendak memberikan potret paling efektif dan jelas akan ketakutan yang dirasakan komunitas kulit hitam setiap harinya.

Mungkin masih banyak dari kita, sebagai orang Indonesia, tidak cukup memahami seberapa mengerikannya menjadi orang kulit hitam di Amerika secara personal. Melalui karakter Carter James, dijamin kita langsung memahami kegelisahan dan rasa frustasi yang komunitas ini rasakan. Carter dalam skenario ini menjadi representasi dari komunitas kulit hitam, yang sayangnya tak akan hidup kembali sekalinya ditembak oleh polisi. Untuk setiap skenario terburuk yang dialami Carter, menjadi simbol dari satu orang kulit hitam yang mengalami ketidakadilan di tangan pihak kepolisian.

Sebagai tribute untuk korban rasisme dengan skenario serupa di kehidupan nyata, kita bisa menemukan easter egg berupa nama-nama korban dalam film ini, salah satunya adalah nama George Floyd. Ada juga daftar nama yang ditampilkan lagi pada akhir film.

“Two Distant Strangers” merupakan film pendek dengan pesan yang jelas dan tepat sasaran. Melayangnya nyawa warga kulit hitam tak bersalah di Amerika terus terjadi selama bertahun-tahun. Ini bukan pertama kalinya film tentang isu rasisme diciptakan, tak terhitung berapa kali kampanye kemanusian yang dikumandangkan, berbagai usaha yang dilakukan tampaknya tak pernah berhasil menghentikan tragedi ini terulang.

“Two Distant Strangers” bukan lagi sekedar suara, melainkan teriakan yang terlalu menyakitkan untuk kita dengar, namun diperlukan untuk membuka mata dunia akan isu rasisme.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect