The Old Guard Review

Semakin hari dengan semakin banyaknya penyakit, sepertinya orang-orang semakin mendambakan kehidupan yang abadi. Sejak lama, keinginan manusia untuk bisa hidup selamanya seakan menjadi tujuan akhir yang paling penting.

Sudah banyak kisah yang menggunakan premis tersebut untuk menunjukkan keegoisan manusia, tetapi kali ini premis tersebut digunakan untuk sebuah film superhero baru yang diadaptasi dari buku komik.

Berkisah tentang empat orang prajurit yang tidak bisa mati. Dipimpin oleh Andy (Charlize Theron) sebagai yang tertua, hidup sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Bersama dengan Booker, Joe, dan Nicky, mereka berempat telah ikut berjuang dalam berbagai macam peperangan dan pergerakan sejak tahun 1800-an.

Namun kali ini, mereka dihadapi oleh seorang pengusaha farmasi yang ingin mengkomodifikasi kemampuan mereka untuk hidup selamanya. Di saat bersamaan, seorang prajurit baru yang tidak bisa mati muncul kembali setelah 200 tahun lamanya.

Film ini ditulis oleh Greg Rucka, yang menulis buku komik The Old Guard. Sedangkan di kursi sutradara diisi oleh Gina Prince-Bythewood. Seperti film superhero lain yang disutradarai oleh perempuan, The Old Guard sama sekali tidak kekurangan adegan laga yang begitu seru dan keren. Bukan hanya itu, setiap adegan aksi yang muncul pasti penting untuk kelanjutan cerita, bukan hanya isian selewat belaka.

Dengan karakter utama yang berjumlah lima orang, film ini cukup berhasil dalam memberikan porsi tepat untuk masing-masing karakter yang tumbuh dengan latar belakangnya sendiri. Sebagai pemimpin kelompok ini, Andy memiliki latar belakang yang lebih dalam dan menyedihkan dengan segala pengalamannya. Belum lagi, kisah Andy yang justru akan memungkinkan dibuatnya sekuel lanjutan.

Joe dan Nicky adalah sepasang kekasih yang tidak sungkan menunjukkan rasa cinta mereka terhadap satu sama lain. Kisah mereka sungguh menjadi tendangan keras bagi orang-orang yang menganggap homoseksualitas adalah hasil dari modernisasi.

Karena dalam kisah mereka, keduanya sudah jatuh cinta satu sama lain sejak ratusan tahun yang lalu dan memercayai bahwa mereka adalah jodoh satu sama lain. Representasi ini sesungguhnya sangat baru untuk dinyatakan dan diperlihatkan dengan begitu lantang dalam sebuah film superhero.

Lalu ada karakter Brooker yang pada akhirnya memegang peran penting di puncak film ini. Penulisan keseluruhan film ini begitu teliti sehingga latar belakang Brooker dijadikan petunjuk klimaks sejak awal film. Meski harus diakui bahwa perkembangan karakternya terkesan terlalu tiba-tiba di beberapa titik, Brooker sepertinya akan memegang peran penting juga di sekuel nanti.

Karakter Nile, sang prajurit immortal yang baru saja ditemukan, justru menjadi kiasan yang sangat kuat mengenai prajurit negara. Setelah diperlakukan seperti makhluk berbeda oleh Korps Marinir Amerika Serikat ketika diketahui bahwa dirinya tidak bisa tewas, Nile akhirnya menjalankan perjuangannya sendiri tanpa beban negara.

Seperti yang Andy lakukan selama ini, mereka tidak selalu berada di sisi buruk atau sisi baik, mereka hanya berjuang untuk hal-hal yang menurut mereka tepat untuk dibela.

Meski membawa karakter-karakter yang sesungguhnya memiliki umur yang sangat tua ke layer lebar, The Old Guard justru sangat modern dari berbagai macam aspeknya.

Pemilihan lagu yang digunakan sangat baru dan sesuai dengan zaman ini. Sikap para karakternya juga tidak terkesan kolot karena meskipun mereka sudah sangat tua, mereka telah mempelajari begitu banyak hal yang membentuk cara berpikir mereka seperti saat ini. Sungguh, ini sebuah hiburan yang sangat segar untuk sebuah film superhero.

Pada akhirnya, mungkin kehidupan yang abadi tidak seindah yang kita bayangkan. Justru sangat memungkinkan bahwa kehidupan yang abadi justru hanya akan membawa banyak duka dan luka yang tidak akan pernah berakhir. The Old Guard sudah dapat disaksikan di Netflix sejak 10 Juli 2020.