Connect with us
Darren Aronofsky
Photo: Niko Tavernise/Paramount Pictures

Entertainment

Surealisme Darren Aronofsky dalam Bersinema

Salah satu sineas Hollywood yang terkenal akan topik surrealism yang ia bawa dalam berbagai karyanya.

Banyak sekali sineas dunia yang membawa konsep unik dalam karya-karyanya. Seperti Martin Scorsese dengan tema gritty, Lars von Trier yang mengedepankan depresi dalam beberapa film arahannya, hingga Jordan Peele yang ingin menaikkan pamor black horror dalam sinema Hollywood.

Di samping nama-nama tersebut, ada pula Darren Aronofsky yang kerap membawa film bertema surealisme dan melodramatik sekaligus mengusung elemen yang mengganggu psikis para penontonnya. Beberapa film arahannya yang populer antara lain: Black Swan (2010), Noah (2014), Mother! (2017).

Darren Aronofsky

Photograph: Collet/Sipa/Rex/Shutterstock

Darren merupakan lulusan American Film Institute yang mulai terkenal setelah Supermarket Sweep, film pendek hasil proyek tesisnya tersebut masuk menjadi finalis National Student Academy Award. Semenjak itu, ia mulai menangani berbagai macam film pendek yang menjadikan namanya semakin populer.

Darren terkenal dengan filmografinya yang beragam, terutama yang berkaitan dengan surrealism dan drama psikologis menegangkan. Film-film garapannya dianggap memberikan penyegaran bagi sinema karena kehadiran berbagai elemen yang unik dan membuat dirinya cukup berbeda dalam industri perfilman. Tak mengherankan jika berbagai karyanya sangat populer di kalangan penikmat film seluruh dunia.

Pi 1998

Pi (1998) | Artisan Entertainment

Debut penyutradaraannya dimulai pada film Pi yang bertema surrealist psychological thriller pada Juli 1998 silam. Film yang dibintangi Sean Gullette tersebut membawa kita dalam sepak terjang ahli matematika dengan obsesinya untuk menyeimbangkan tatanan dunia yang dianggap tidak mungkin. Surealisme dan berbagai elemen matematika beserta ragam referensi duniawi lainnya membuat film ini menghasilkan lebih dari $3 juta walau hanya diproduksi dengan budget $60 ribu.

Dua tahun kemudian, Darren kembali berkarya menjadi sutradara dalam Requiem for a Dream (2000) yang bertema drama psikologis. Surealisme-nya sendiri tampil melalui deretan karakter pecandu narkoba yang perlahan mengurung mereka dalam delusi tak berkesudahan. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Hubert Selby Jr. ini bahkan muncul pertama kali dalam Cannes Film Festival 2000 silam dan mendapatkan pujian dari para kritikus meski pendapatannya tidak sebesar respon baiknya.

Requiem For A Dream - 2000

Requiem For A Dream (Photo by John Baer/Artisan)

Pada 2006, Darren mendorong tema surealisme ke dalam satu film dengan genre epic romantic drama berjudul The Fountain. Melalui kehadiran berbagai elemen fantasi dan ilmiah, penonton akan dibawa masuk dalam kisah cinta lintas ruang dan waktu. Akan tetapi, hadirnya elemen tambahan seperti kematian yang ditakuti dan perandaian mengenai keabadian membuat film ini meraih cult following meski responnya bercampur kala rilis di bioskop.

Sempat naik turun dalam karir filmnya, nama Darren kembali naik ketika mengarahkan Black Swan yang tayang 2010 silam. Film yang dibintangi Natalie Portman bertema psychological horror membawa penonton merasakan tegangnya seseorang ketika mengalami pressure dalam obsesi yang tak bisa dibendung. Membawa materi mengenai doppelganger dan karya populer seperti Swan Lake dalam cerita serta The Double sebagai inspirasinya menjadikan film ini surrealist. Walau begitu, pembawaannya mengantarkan film ini meraih berbagai penghargaan film dunia serta pendapatan yang besar.

Black Swan (2010)

Black Swan (2010) | Fox Searchlight

Namun, tak selamanya surealism dalam karya Darren Aronofsky diterima dengan baik oleh publik. Salah satunya hadir pada Mother! yang tayang pada 2017 lalu. Dibintangi aktor dan aktris papan atas Hollywood seperti Jennifer Lawrence, Javier Bardem, Ed Harris, dan Michelle Pfeiffer, film ini membawa penonton dalam drama suami istri ketika dihadapkan oleh berbagai orang asing yang mendatangi rumahnya.

Film tersebut hadir dengan menampilkan alegori mengenai kitab Injil penuh filosofi yang dikombinasikan dengan elemen violence yang sangat mengganggu. Meski disukai oleh kritikus sinema, film psychological horror ini justru menimbulkan kontroversi dari berbagai pihak.

Mother Darren Aronofsky

Photo Courtesy Venice Film Festival

Walau mendapatkan respon bervariasi, tema surealisme sendiri bisa jadi salah satu yang dipopulerkan oleh para pencinta sinema. Bila digarap di tangan yang tepat, bisa saja film tersebut diterima dengan baik seperti arahan Darren Aronofsky. Meski kontroversi, hal lain akan tetap menyelubunginya.

Seperti yang dikatakan oleh Darren dalam diskusi Mola Living Live di Mola TV pada 24 November kemarin, “Buatlah karya apapun yang sesuai dengan niche yang ingin dibawa, termasuk dalam film. Bila sudah sesuai serta digarap dengan hati, kesuksesan dan penonton yang tepat akan tiba dengan sendirinya”.

24 Jam Bersama Gaspar 24 Jam Bersama Gaspar

24 Jam Bersama Gaspar Review: Petualangan di Negeri Distopia Suram

Film

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

American Fiction Review American Fiction Review

American Fiction Review: Film Satir Sajikan Prespektif Baru dari Black Culture

Film

Bradley Cooper Bradley Cooper

10 Film Bradley Cooper Terbaik dan Terpopuler

Cultura Lists

Connect