Connect with us
Salad
Pexels

Culture

Sejarah Salad dan Kaitannya dengan Stereotip Gender

Salad telah dinikmati sejak tahun pertama masehi.

Salad mungkin bukanlah makanan yang cukup populer di Indonesia. Kita lebih mudah menemukan penjual lotek, gado-gado, dan ketoprak. Namun salad tetap memiliki tempat tersendiri di hati para peminatnya. Meski identik untuk diet, sebenarnya salad bukan makanan yang khusus diciptakan untuk menurunkan berat badan. Sejarah mencatat bahwa salad adalah makanan yang sangat populer bagi Bangsa Roma. Asal mula nama salad sendiri berasal dari Bahasa Latin, sal, yang artinya garam. Ini karena kebiasaan orang Roma untuk memakan salad yang asin dan berminyak. Pada masa itu salad hanya berupa sayuran saja terutama dedaunan hijau lalu disiram dengan dressing alias kuah dari minyak zaitun beserta sejumput garam.

Sebenarnya salad tak selalu menjadi makanan populer. Salad pernah merasakan masa-masa keruntuhannya ketika Bangsa Roma tak lagi berjaya. Salad juga dianggap makanan yang kurang enak dan acapkali dianggap sebagai makanan untuk perempuan. Ini berkaitan dengan stereotip gender. Perempuan dianggap cantik ketika berhasil menjaga bentuk dan ukuran tubuh ideal. Karena itu salad dianggap cocok untuk memenuhi bentuk dan ukuran tubuh tersebut. Sebaliknya salad merupakan makanan yang dianggap terlalu ringan bagi laki-laki. Tidak adanya tekanan sosial terhadap lelaki untuk menjaga bentuk tubuh membuat mereka lebih memiliki kebebasan dalam memilih makanan. Akibatnya salad tidak menjadi pilihan pertama.

Ini bukan pendapat asal. Ada dua penelitian yang telah membenarkan stereotip gender tersebut yaitu Counihan (1999) dan Millman (1980). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rozin, Bauer, dan Catanese (2003) menyimpulkan laki-laki lebih cuek dibanding perempuan dalam hal mengonsumsi makanan sehat. Ada pula kecenderungan bagi perempuan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih sedikit karena terlihat lebih feminin. Kita pun sudah sering mendengar nasehat semacam ini diberikan kepada anak perempuan. Studi terbaru dilakukan oleh Luke Zhu (2015) yang menunjukkan makanan sehat cenderung diproduksi dengan kemasan yang lebih feminin. Sementara makanan yang tergolong tidak sehat cenderung dikemas dengan kemasan maskulin.

Penelitian lain dilakukan oleh Universitas Cornell dan dikepalai Kevin Kniffin. Hasilnya menunjukkan ketika bersama perempuan, laki-laki memiliki dorongan untuk makan berkali lipat lebih banyak. Hal ini ternyata dilakukan sebagai salah satu cara untuk pamer. Laki-laki merasa tidak harus menjaga bentuk tubuh sehingga mereka memiliki hasrat untuk menunjukkan kemampuan mereka makan makanan tidak sehat. Dibandingkan dengan makan bersama teman laki-laki, seorang lelaki dapat makan pizza 93% lebih banyak bila teman makannya adalah seorang perempuan. Bisa dibilang ini juga dilakukan untuk menarik perhatian lawan jenis.

Menariknya, perempuan juga terdorong makan makanan yang lebih rendah kalori—seperti salad—bila teman makannya adalah laki-laki. Sebaliknya ia bisa makan dengan kalori lebih banyak ketika makan bersama sesama perempuan. Meski kerap dikaitkan dengan perempuan, sebenarnya salad sendiri diciptakan oleh chef laki-laki. Contohnya adalah Caesar Salad yang fenomenal. Salah satu sejarah menyebutkan bahwa nama Caesar Salad berasal dari seorang chef bernama Caesar Cardini. Suatu hari ia kehabisan bahan makanan sehingga ia menyajikan bahan-bahan sisa berupa sayuran kepada tamu restoran. Tak disangka resepnya menjadi booming.

Sebenarnya di masa kini salad tak selalu identik dengan sayuran saja. Salad pun dapat tampil fancy dengan harga selangit dan justru mengandung banyak kalori baik dari daging maupun dressing-nya. Bahkan salad dianggap sebagai makanan menengah ke atas. Umumnya salad dijual seharga 10 dolar sebagai harga terendah. Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Semangkuk salad kira-kira dijual seharga 40 ribu rupiah. Apalagi sayuran dan dressing yang umumnya tidak berasal dari Indonesia dan harus diimpor terlebih dahulu membuat harga salad meroket.

Keunikan lain dari salad adalah sebagai makanan sehat ia identik dianggap memiliki rasa yang tidak enak di Amerika. Namun bagi orang Prancis, makanan yang enak justru adalah makanan yang enak seperti salad. Sebenarnya sejak awal kelahirannya salad memang tidak banyak mengalami modifikasi. Baru ketika masa Renaissance, orang-orang mulai melakukan eksperimen. Salad kemudian muncul dalam bentuk buah. Salad dari kol dengan mayonaise (coleslaw) seperti yang biasa kita nikmati di Hoka-hoka Bento baru muncul di tahun 1800-an. Salad ini berasal dari Belanda. Penambahan daging ayam pada salad dimulai sejak perang dingin. Uniknya di tahun 1960-an salad mengalami perkembangan dengan dimakan bersama jeli.

Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1 Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1

Selayar dan Kejayaan Maritim Nusantara

Culture

Eksplorasi Pesona Kebudayaan Jepang Melalui Anime

Culture

Steven Spielberg Steven Spielberg

Mengenal Steven Spielberg dari Filmografinya

Culture

Virgin The Series Virgin The Series

Virgin The Series vs Euphoria: Menilik Lika-liku Kehidupan Generasi Muda di Era Modernisasi

Current Issue

Connect