Connect with us
Romulus & Remus: The First King Review

Film

Romulus & Remus: The First King Review

Konflik kepercayaan, keluarga serta kebebasan dibalik lahirnya kerajaan Romawi.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sepanjang sejarah dunia kekuatan kerajaan Romawi bisa dibilang tidak ada tandingannya. Pada masa keemasannya kerajaan Romawi bahkan menguasai hampir seluruh wilayah Eropa, daerah laut Mediterania, Timur Tengah, hingga Afrika Utara.

Melihat kembali ke sejarah kerajaan Romawi ada dua figur penting yang menjadi pelopor lahirnya kerajaan Romawi yaitu Remus dan Romulus. Cerita kedua saudara tersebut menjadi fokus utama pada cerita di film Italia yang disutradarai oleh Matteo Rovere berjudul Il Primo Re atau Romulus & Remus: The First King. Romulus & Remus: The First King memperlihatkan sisi lain masalah keyakinan serta persaudaraan yang terjadi pada awal kelahiran kerajaan Romawi.

Cerita dimulai dengan sederhana yaitu pada prespektif dua orang saudara pengembala domba, Remus dan Romulus. Aktivitas keduanya tiba-tiba harus terganggu karena banjir besar disebabkan oleh luapan sungai Tiber. Menaruh kedua karakter dalam kondisi berbahaya pada menit awal sukses membangun tensi yang menarik perhatian penonton. Melihat perjuangan serta kedekatan kedua saudara tersebut, penonton dengan mudah dapat bersimpati terhadap karakter. Keduanya berhasil selamat tetapi sayangnya ada bahaya lebih buruk yang menanti mereka.

Remus dan Romulus terbangun dalam kondisi terikat di sebuah kereta kecil milik bangsa Alba sebagai seorang budak. Bersama dengan para budak lainnya mereka terlibat sebuah ritual mengerikan bangsa Alba dimana para budak secara berpasangan harus bertarung sampai salah satu dari mereka kehilangan nyawa.

Dipilihnya Romulus sebagai salah satu kandidat petarung membuat Remus akhirnya menawarkan dirinya sendiri sebagai lawan dari Romulus. Keputusan Remus sempat menimbulkan pertanyaan tetapi ternyata Remus memiliki rencana untuk pura-pura mati dan merebut senjata salah satu pasukan Alba.

Rencana remus berjalan dengan mulus dan menjadi pemicu pemberontakan para budak. Sayangnya kelengahan Romulus harus dibayar pahit karena ia menerima tusukan salah satu pasukan Alba. Untungnya tusukan yang ia terima tidak mengenai bagian vital atau organ penting.

Pelarian para budak mencari tempat pelarian menjadi jalan cerita utama pada film ini. Ada berbagai konflik serta masalah yang terjadi, salah satunya adalah ketika para budak berusaha membunuh Romulus karena merasa bahwa ia adalah orang yang terkutuk. Demi melindungi saudaranya Remus lalu bertarung dengan pemimpin dari para budak dan berhasil membunuhnya.

Sukses menunjukan kekuatan serta kehebatannya Remus akhirnya menjadi pemimpin para budak. Penonton sedikit mendapatkan impresi bahwa Remus diberkati oleh anugerah spesial berkat kekuatannya yang bisa dibilang tidak normal. Naiknya Remus menjadi pemimpin dari para budak sepertinya menjadi awal perubahan karakter Remus.

Remus mulai haus akan kekuatan dan terobsesi untuk menghabisi segala orang yang menentangnya. Salah satu alasan aksi Remus sebetulnya tidak lain adalah demi keselamatan sang adik. Rasa sayang terhadap sang adik inilah yang memicu tragedi terbesar di film ini.

Romulus & Remus: The First King Review

Berkat kepemimpinan Remus para budak berhasil menemukan sebuah desa dan menguasainya. Satnei, seorang pendeta wanita yang menjadi tahanan sejak pertarungan dengan bangsa Alba memberikan ramalan bagi nasib Remus.

Satnei meramalkan bahwa salah satu dari kedua saudara akan memimpin kerjaan besar yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya tetapi dengan bayaran kematian salah satu dari keduanya di tangan yang lainnya.

Ramalan Satnei sekilas memiliki jawaban yang mudah, yaitu Remus harus membunuh Romulus yang sedang kritis. Apalagi melihat Remuslah sosok yang membawa para budak hingga berada di posisi tersebut. Ramalan Satnei memicu kemarah Remus yang menolak untuk membunuh Romulus.

Melampiaskan kemarahan kepada Satnei, Remus mengikat Satnei dan membiarkannya menjadi santapan binatang liar. Remus juga membakar desa yang memicu perpecahan antara warga desa dengan para budak.

Dilemma yang dihadapi oleh Remus sebetulnya menjadi sebuah konflik yang sangat menarik. Seberapa jauh manusia harus menerima dan menjawab perintah Tuhan yang bahkan terasa tidak masuk akal bagi logika manusia? Apakah harus mempercayai begitu saja ataukah manusia memiliki hak untuk mempertanyakan bahkan menolak perintah Tuhan?

Dalam film ini Remus memilih untuk menolak perintah Tuhan karena rasa sayangnya kepada sang adik. Bagi manusia sebetulnya pilihan Remus terasa logis tetapi ada rencana luar biasa yang tidak dapat dimengerti oleh manusia. Takdir akhirnya membuat pecahnya tali persaudaraan antara Remus dan Romulus yang akhirnya harus dibayar oleh kematian Remus di tangan Romulus.

Ada sebuah takdir yang sudah direncanakan, dalam hal ini bukan kematian Romulus tetapi Remus. Muncul sebuah pertanyaan baru ketika melihat takdir yang harus dihadapi oleh Remus, apakah manusia benar-benar memiliki sebuah kebebasan atau sudah ada takdir yang sudah tertulis dan harus diikuti?

Romulus & Remus: The First King bermain pada konsep ketuhanan serta kepercayaan lewat hubungan antara Remus dan Romulus. Remus digambarkan sebagai seorang yang tidak patuh sedangkan Romulus dibuat sebagai orang yang begitu patuh dengan Tuhan.

Kematian Remus sebetulnya tidak mengejutkan bagi penonton yang sudah mengetahui sejarah kelahiran Romawi, bahkan sebetulnya sudah ada petunjuk dari pengambilan gambar domba kecil pada awal film yang menggabarkan takdir Remus yang akan menjadi korban. Kematian Remus menjadi bayaran luar biasa untuk naiknya Romulus sebagai raja salah satu kerajaan terbesar di dunia yaitu Romawi.

Selain menimbulkan pertanyaan sebenarnya tidak ada faktor lain yang membuat film ini menjadi spesial. Meskipun ada beberapa adegan yang luar biasa, babak kedua bahkan terkesan terlalu lama. Cerita yang mudah tertebak mungkin menjadi faktor perasaan bosan penonton yang sudah mengetahui akhir dari cerita.

Pembuat film sepertinya lebih berfokus pada pesan serta pertanyaan yang ingin disajikan di film ini tetapi melupakan kualitas serta plot cerita secara utuh. Satu lagi hal yang dapat dikritisi adalah penempatan sebuah teks quotes mengenai ketuhanan di awal film.

Hal ini mematahkan misteri serta menuangkan makna dari film secara begitu saja. Padahal seharusnya perjalanan ceritalah yang membuat penonton berpikir mengenai ketuhanan bukan teks mengenai ketuhanan yang membuat penonton berpikir bahwa film ini akan berbicara mengenai kepercayaan.

Melihat kedua aktor pemeran utama yaitu Alessandro Borghi pemeran Remus dan Alessio Lapice pemeran Romulus, keduanya bisa dibilang memberikan peforma terbaik mereka dan patut diapresiasi. Selain itu pemilihan scoring serta music juga sangat mendukung atmosfer yang ingin diperlihatkan di film ini.

Sekilas film ini memberikan kesan seperti film Apocalypto yang disutradarai oleh Mel Gibson di tahun 2006. Dari segi keakuratan sejarah menarik sebetulnya melihat perjalanan kedua saudara Remus dan Romulus dari seorang pengembala menjadi pemimpin kerajaan Romawi. Pastinya ada beberapa penyesuaian dan perbedaan yang membedakan kisah Remus dan Romulus yang asli dengan cerita di film.

Film ini berpotensi menjadi luar biasa tetapi sayang hanya menjadi biasa saja karena gagal menjaga tensi serta memberikan plot yang menarik. Jika tertarik dengan pertanyaan mengenai ketuhanan sepertinya film ini menjadi film rekomendasi. Namun, jika tidak tertarik sepertinya film ini bisa dikeluarkan dari daftar film yang wajib ditonton.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect