Connect with us
PJ Harding & Noah Cyrus: People Don’t Change Album Review
Photo via entertainment-focus.com

Music

PJ Harding & Noah Cyrus: People Don’t Change Album Review

Perjalanan mencari jati diri Noah Cyrus berlabuh dalam coffee-shop lofi musik di PJ Harding.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

PJ Harding dan Noah Cyrus kembali berkolaborasi. Kali ini, kedua singer-songwriter yang pertama kali bertemu dalam writing camp di Bali tersebut merilis EP album bersama-sama: ‘People Don’t Change.’

Sebagai anggota klan termuda dari Cyrus, Noah semakin berpijar dengan caranya sendiri. Mulai dari pijakannya di seni peran hingga eksplorasi musik berbagai genre dilalui oleh sang penyanyi muda. Sejauh ini Noah sudah menjajal genre country, all out pop, sampai gospel.

Noah mencoba pula kolaborasi dengan berbagai musisi dari beragam genre. Katakan saja Lil Xan dan XXXTENTACION; serta Labrinth yang digandeng untuk debut hits “Make Me Cry”. Ia juga semakin mengasah kemampuan menulis lagu, melalui lirik-lirik yang kian terdengar raw. Salah satunya penggalan lirik “My sister’s like sunshine / And I was born to rain clouds” yang diambil dari EP kedua ‘The End of Everything’ yang meluncur pada 2020.

Berbekal itu semua, Noah kembali dengan album EP baru. Kali ini tak seorang diri, ia menggandeng produser sekaligus musisi berbakat dari Australia yang sudah melahirkan sederet hits: PJ Harding. Produser dan song writer yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Lil Nas X dan Bebe Rexha.

‘People Don’t Change’ bukan kolaborasi pertama Noah dan PJ. Setelah bertemu dalam songwriting camp di Bali pada tahun 2018 dan 2019, PJ menjadi co-produser dan co-writer untuk sederet track di EP ‘The End of Everything’. Ia juga menjadi sosok dibalik hits “July” yang melambungkan nama Noah tahun lalu. Chemistry mendalam membuat sama sekali tak mengherankan ketika PJ dan Noah kembali bergandengan di EP terbaru.

Melalui PJ pula, Noah rupanya menemukan identitas musik. Ia menanggalkan irama all-out pop yang sempat menjadi nafas bagi lagu-lagunya; menyisihkan melodi country yang sudah sangat erat dikaitkan bersama nama besar Cyrus. Sebaliknya, Noah dan PJ meneruskan nada-nada folky dari ‘The End of Everything’. Kemudian memadukan dengan musik lofi bersama produksi akustik minimalis.

Kombinasi nada dan suara yang dipilah Noah dan PJ untuk ‘People Don’t Change’ mengingatkan pada lounge coffee shop musik yang menenangkan tanpa banyak luapan emosi.

Dentingan lonceng mandolin mengiringi track pertama “Dear August”. Noah dan PJ menarasikan masa-masa kelam selama quarantine di bulan Agustus lalu. Tepatnya rasa cemas dan depresi usai Noah kehilangan sang nenek.

“Dear August” dibuka dengan irama kelam. Sebelum perlahan memberikan harapan dan penghiburan melalui keyakinan akan adanya sinar setelah malam segelap apapun: “Dear August, tell me that there’s light / At the end of all this starless night.”

Single “You Belong to Somebody Else” menjadi track berikutnya dan memiliki vibe mirip “Love Generation” dari Bob Sinclar. Terutama bagian siulan yang menjadi landasan bagi kedua single.

“Cannonball” menyusul dengan intro cinematic piano—yang seolah diambil langsung dari lagu tema film Studio Ghibli—disusul dengan irama waltz nan unik. Noah menyanyikan mengenai kelelahan atas dinginnya cinta dengan diiringi syahdu petikan gitar.

Diantara rilisan Noah, “Slow Train Comin” menjadi track paling mengingatkan pada karya-karya Billy Ray. Noah dan PJ juga memberikan homage pada Bob Dylan melalui lirik “You’re gonna make me lonesome when you go”; selain aransemen folk minimalis berpadu bersama klasik Americana.

“Slow Train Comin” tidak saja mempertontonkan kekayaan musikalitas dan kreativitas PJ dan Noah. Melainkan juga sukses membuat pendengarnya merindukan lagu-lagu lawas Bob Dylan. A picture perfect homage, it is!

‘People Don’t Change’ menggenapkan diri sebagai album tepat untuk diputar di coffee shop melalui track terakhir, “The Worst Of You.” Masih menarasikan ketika cinta sudah melewati masa berlaku, aransemen minimalis dan lirik pasif agresif menjadi nyawa tersendiri.

PJ dan Noah bersinergi dengan apik melalui easy-on-the-ear harmoni. ‘People Don’t Change’ tidak terdengar sebagai proyek ambisius. Meski Noah dan PJ masih berhasil menyisipkan kreativitas dan eksplorasi lewat permainan melodi serta aransemen. Vokalisasi Noah pun tidak mengecewakan, meski tidak pula bersinar gemilang. Ia justru berada di batas “cukup” untuk mengimbangi aransemen instrumen di latar belakang.

Setelah pencarian jati diri melalui musik dan genre demi genre berbeda, Noah akhirnya menemukan suara tepat bersama PJ. Kolaborasi sinergis dengan chemistry manis mereka sanggup melahirkan lagu demi lagu easy listening yang mudah dicerna.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect