Connect with us
Nocturnal Guitar Quartet: Gatra Album Review
Photo via Press

Music

Nocturnal Guitar Quartet: Gatra Album Review

Album instrumental guitar bernuansa etnik yang syahdu dan mistis.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Gatra merupakan album instrumental gitar pertama dari grup musik Nocturnal Guitar Quartet. ‘Gatra’ sendiri dalam bahasa Jawa memiliki makna ‘wujud’, album ini merupakan wujud karya nyata setelah bertahun-tahun telah direncanakan.

Hingga akhirnya pada tahun 2016 mereka mulai serius menentukan konsep dan mengolah materi musik akustik gitar untuk album pertama ini. “Gatra” baru saja rilis pada 1 Mei 2020. Album ini terdiri dari 10 track instrumental original yang sudah bisa kita nikmati di berbagai platform musik online.

Memproduksi sebuah album instrumental merupakan salah satu tantangan yang besar bagi musisi. Menyampaikan pesan melalui chord dan melodi pastinya lebih kompleks daripada mengkomposisi lagu dengan lirik yang sudah jelas maknanya. Album instrumental juga harus memiliki statement yang jelas untuk menjadi karya yang berkesan bagi pendengarnya.

Brainstorming selama bertahun-tahun pun membuktikan betapa seriusnya Nocturnal Guitar Quartet meracik formula yang pas untuk album ini. Terbukti dengan materi album yang terdengar padat dan tegas yang berhasil mereka sampaikan melalui petikan gitar keempat personilnya; Robi Handoyo, Adi Suprayogi, Vaizal Andrians, dan Gita Puspita Asri.

Gatra sendiri juga memiliki makna lain bagi mereka, yaitu sebuah ‘persimpangan’, dimana setiap personilnya mempertaruhkan idealisme dan kenyataan. “Kami selalu berada di dalam pilihan-pilihan yang sulit, selalu berada di garis ‘antara’. Antara konflik dan kenyamanan, keindahan dan sebaliknya, viral dan sepi, kecil dan besar, ego dan kesabaran, dan seterusnya”, ungkap mereka tentang gejolak yang dirasakan selama proses menentukan materi album ini.

Nocturnal Guitar Quartet: Gatra Album Review

Nocturnal Guitar Quartet – Gatra

Album instrumental merupakan salah satu karya yang tidak mainstream dan memiliki segmentasi terbatas. Namun, grup quartet gitar ini telah memutuskan untuk menciptakan musik yang mencerminkan kecintaan mereka pada instrumen gitar dan semangat kolektif yang sudah terjalin bertahun-tahun.

Pada track pembuka, “Gatra” dibuka dengan genjrengan gitar yang kencang bagaikan gong untuk menarik perhatian pendengarnya. ‘Baleganjur’ merupakan track pertama dengan tempo yang cepat dan menghadirkan dinamika chord dan melodi yang langsung memancarkan amarah dengan cara yang artistik. Kita langsung bisa mendengar suasana musik Jawa yang kental dalam melodi yang diciptakan.

Sementara track ‘Batur’ dan ‘Lampah’ memiliki aransemen melodi yang lebih tenang. Namun, transisi antara 3 track utama ini sangat mulus, hampir terasa seperti satu track dengan musik yang saling berkesinambungan.

‘Selisih’ merupakan transisi babak baru yang terdengar jelas. Terdiri dari tiga track yang memiliki kesinambungan. ‘Selisih I’ langsung memperdengarkan “anomali” teknik petikan gitar yang tidak biasa. Petikan gitar terdengar kasar dan agresif namun dalam artian yang baik. Menciptakan komposisi dengan nuansa horror kejawen yang menarik dan unik. Emosi yang terpancar bagai setiap personil yang berselisih melalui permainan gitar masing-masing.

Emosi meredah di ‘Selisih II’, nada yang dihadirkan terdengarkan masih terdengar “aneh”, seperti false namun secara ajaib tetap membentuk harmoni. Kemudian memasuki ‘Selisih III’ yang kembali menaikan temponya dengan tekanan pada genjrengan gitar yang variatif.

Pada babak track ‘Selisih’ ini, Nocturnal Guitar Quartet berhasil menyajikan materi musik psychedelic dengan instrumen gitar akustik yang lekat dengan image instrumen easy listening nan manis. Teknik petikan yang digunakan mampu menciptakan bunyi-bunyian yang terdengar seperti permainan gamelan Jawa.

Kita akan memasuki babak baru dengan track ‘Lenggeran (Bawa)’ dan ‘Lenggeran (Lengger)’. Kedua track ini memiliki aransemen yang setema dengan tracklist pada babak pertama album. Hanya saja memiliki komposisi chord yang pastinya berbeda. Kedua track ini juga memiliki transisi yang mulus, menunjukan kedua track memiliki kesinambungan.

‘Kawiwiku’ merupakan track instrumental yang mungkin paling lembut dengan pancaran suasana tradisional yang lebih menenangkan. Ada banyak chord mayor yang dipadukan untuk menciptakan alunan musik dengan energi lebih ceria dibandingkan dengan track sebelum-sebelumnya. Harmoni yang diciptakan juga lebih normal jika dibandingkan rangkaian track ‘Selisih’ yang memiliki harmoni anomali.

Kemudian album ditutup dengan track ‘Gatra’ yang syahdu dan tenang, bertolak belakang dengan track pembuka yang lantang. Ada unsur vokal yang dimasukan pada akhir track, berupa senandung khas Jawa yang dibawakan oleh paduan suara.

Lebih dari sekedar komposisi gitar original dan teknik yang unik dalam memetik gitar, “Gatra” dari Nocturnal Guitar Quartet memiliki kisah yang diceritakan melalui nada. Dibuka dengan statemen yang tegas, babak pertengahan paling berkesan karena keunikannya yang memperdengarkan emosi perselisihan dan penyesuaian harmoni yang menarik.

Kemudian secara bertahap menuju alunan musik yang lebih serempak dan “normal”, hingga pada akhirnya menjadi tenang seperti badai yang telah berlalu.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect