Connect with us
Manchester By The Sea Review

Film

Manchester by the Sea Review

Kerapuhan seorang pria dalam bayangan kelam masa lalu.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film Manchester by the Sea disutradarai oleh Kenneth Lonergen dengan skenario yang ia tulis sendiri, film ini mengalir natural dengan kesan kesedihan yang mendalam. Manchester by the Sea dirilis pada tahun 2016 diperankan oleh Casey Affleck yang sukses memerankan seorang detektif muda dalam film Gone Baby Gone (2007).

Mengisahkan tentang Lee Chandler(Casey Affleck) seorang petugas kebersihan di Boston yang ternyata memiliki masa lalu kelam. Awal cerita, film ini menggambarkan keseharian pekerjaan Lee Chandler yang bekerja keras untuk menafkahi hidupnya sendiri. Beberapa lama kemudian, flashback pada masa lalu ketika Lee bersama kakaknya, Joe Chandler (Kyle Chandler) dan keponakan laki-lakinya, Patrick, sedang memancing di lautan. Mereka terlihat sangat akrab. Lalu, kembali ke masa kini, Lee mendapatkan sebuah panggilan telepon yang cukup serius. Ia pun meminta izin pada bosnya untuk pergi ke kota Manchester. Ia tiba disebuah rumah sakit, kemudian dokter memberikan kabar buruk bahwa kakaknya telah tiada. Lee sangat terpukul, ia menampakkan kesedihannya dan terlihat kebingungan. Ia pun segera pergi untuk menjemput keponakannya, Patrick, yang saat ini sudah remaja.

Lee menjemput Patrick untuk melihat kondisi ayahnya untuk terakhir kalinya. Pada malam harinya, Lee menginap di rumah kakaknya sementara Patrick berkumpul dengan kawannya. Lee tidak berbicara banyak, namun tatapannya seperti menyimpan sesuatu yang memilukan. Keesokan harinya, lee dan Patrick menemui seorang pengacara untuk membaca wasait dari Joe. Lee kaget bukan main karena ia diberitahu bahwa ia harus menjadi wali dari keponakannya. Joe telah menyiapkan dana untuk kebutuhan Patrick dan juga untuk mengurus kepindahan Lee dari Boston ke Manchester. Lee tidak percaya akan semua itu hingga ia tertegun dan termenung.

Kemudian, masa lalunya terkuak. Saat itu lee sedang berpesta dengan kawan-kawannya hingga pukul 2 pagi. Istrinya, Randi (Michelle Williams) yang kesal dengan kegaduhan mereka menyuruh untuk segera pergi. Lee awalnya mengabaikan permintaan Randi, namun Randi bersikeras mengusir mereka pergi. Lee mangalah dan menyuruh teman-temannya untuk pergi. Kemudian Lee terlihat berjalan ke sebuah toko dan membeli beberapa barang. Ditengah perjalanan pulang ia terjatuh. Namun, yang paling mengejutkan adalah ketika ia sampai di depan rumahnya, rumah Lee terbakar, randi menjerit karena ketiga anaknya masih berada di rumah itu. Randi terus menangis histeris, kemudian Lee melihat petugas pemadam kebakaran membawa 2 kantong jenazah kecil yang merupakan anak dari Lee yang tidak terselamatkan. Lee pun terlihat syok dan sangat terpukul.

Kembali ke masa kini, Lee yang masih mengingat kejadian itu tak mau menjadi wali dari Patrick. Ia pun menginginkan sahabatnya untuk mengurus Patrick karena ia tidak mau tinggal lagi di kota tersebut. Namun, sambil menunggu proses pemakaman ayah Patrick, Lee bertanggung jawab mengurus keseharian Patrick. Ia mengantar jemput Patrick kemanapun ia pergi. Ia sempat meminta patrick untuk tinggal bersamanya di Boston tetapi Patrick menolak dan terjadi argumen hebat. Di tengah kewajibannya untuk mengurus keponakannya itu, Lee pun harus berjuang bertahan dari masa lalunya yang kelam dan juga diperparah oleh pertemuan dengan mantan istrinya.

Premis film ini sederhana tetapi di balik itu semua menyimpan kepedihan mendalam dan kekuatan untuk bangkit dan menjalani hari dengan baik. Dengan mengambil plot maju-mundur sehingga kita akan disuguhkan dengan kejadian-kejadian yang sangat berarti dalam kehidupan Lee sebelum ia mengalami kejadian yang membuatnya trauma hingga saat ini.

Kebahagiaannya bersama ketiga anaknya, Patrick kecil, dan kebersamaannya dengan Joe membuat kita semakin terhanyut oleh emosi pilu yang dirasakan oleh Lee. Penggambaran karakter Lee Chandler yang rapuh dan sangat terpukul, tersampaikan dengan baik oleh akting Casey Affleck. Tak heran, bila ia pun mendapat Oscars sebagai pemeran utama pria terbaik. Penempatan musik klasik yang pas menambah getir akan kerapuhan yang dialami oleh Lee. Beberapa adegan pun memperlihatkan kita bagaimana Lee berjuang dengan konflik batin yang dialaminya. Ia marah terkadang ia pun diam dan pasrah dengan keadaan. Ia berusaha sabar dalam menghadapi emosi labil Patrick.

Bagi yang menyukai film dengan tempo cepat diselingi adegan adegan mendebarkan, bisa saja berhenti menonton film ini di tengah jalannya cerita. Manchester by the Sea memang bertempo lambat, kita diminta untuk masuk dalam kehidupan tokoh utama dengan memperlihatkan kebahagiaan dan juga kehancurannya. Memang masa lalu yang pedih akan membuat kita sulit untuk bangkit tetapi kita harus belajar bangkit karena masa depan tidak bisa disia-siakan begitu saja.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect