Connect with us
lebaran ramah lingkungan
Photo by Deva Darshan from Pexels

Lifestyle

Lebaran yang Ramah Lingkungan

Isu sampah dan lingkungan makin panas akhir-akhir ini. Bagaimana bila dikaitkan dengan lebaran?

Salah satu masa ketika kita banyak memproduksi sampah adalah ketika lebaran. Hal ini karena kita akan lebih banyak mengonsumsi makanan, membeli pakaian baru, serta berkendara ke rumah handai taulan. Hampir seluruh aktivitas kita menghasilkan sampah dan polusi. Apalagi dengan sisa makanan yang terbuang karena tak habis dimakan. Seluruh sampah itu tak hanya memenuhi tong sampah kita tetapi juga mengotori bumi. Hal itu sesuai dengan data yang dikemukakan oleh Bank Dunia bahwa mayoritas sampah kita atau 44%-nya berupa makanan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada 2016 Indonesia menghasilkan sebanyak 65.200.000 ton sampah yang berasal dari 261.115.456 penduduk. Jumlah ini akan terus bertambah sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. The World Counts menyebutkan tiap tahun manusia menghasilkan 2,12 trilyun sampah. Diperkirakan jumlah ini akan meningkat hingga 3,40 trilyun di tahun 2050. Seluruh data ini menunjukkan betapa mendesaknya isu lingkungan untuk diperhatikan. Kita tidak bisa lagi mengabaikannya.

Namun, bisakah kita tetap peduli pada lingkungan sekaligus merayakan lebaran? Tentu bisa. Kita bisa memulainya dari hal-hal yang paling kecil. Selain ramah lingkungan, kita juga dapat lebih berhemat. Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat kita gunakan untuk merayakan lebaran yang ramah lingkungan.

Peralatan makan ramah lingkungan

Bila ada banyak tamu yang datang ke rumah, seringkali kita malas mencuci piring. Akhirnya kita menggunakan piring dan gelas plastik. Padahal ini akan menghasilkan jumlah sampah yang besar. Apalagi plastik yang tidak bisa terurai begitu saja di alam. Sebaiknya kita tetap menggunakan piring dan gelas beling seperti biasa. Kalaupun terpaksa menggunakan yang sekali pakai, lebih baik kita memilih bahan baku kertas yang lebih gampang diurai maupun ramah lingkungan.

Kita juga dapat mengurangi pemakaian sedotan plastik. Sudah banyak sedotan ramah lingkungan baik dari bahan stainless steel, bambu, kertas, bahkan daun dan rumput. Sedotan ini dapat dibawa ke mana saja dan dibersihkan sehingga jangka waktu pemakaiannya lebih lama. Sebaiknya pilih sedotan yang berbahan stainless steel karena lebih awet dibanding bahan lain. Sedotan stainless steel juga mudah ditemukan di pasaran karena cukup populer. Ukurannya beragam dan setiap pembelian dilengkapi dengan sikat pembersih. Sementara itu sedotan kertas biasanya disediakan oleh kedai minuman yang ingin mendukung gerakan ramah lingkungan dengan menghindari penggunaan plastik.

Porsi makan secukupnya

Lebaran bukan masa-masa balas dendam karena telah berpuasa selama sebulan. Lebaran seharusnya dimaknai tak sekadar sebagai waktunya makan-makan. Memasak dan memakan secukupnya seharusnya lebih kita utamakan. Makan dengan porsi yang tidak berlebih menghindarkan kita dari risiko berbagai macam penyakit. Masakan yang terlalu banyak dibuat pun belum tentu dapat dihabiskan seluruhnya. Kalaupun seluruh masakan yang kita buat dapat habis tak bersisa, bukan berarti kita tak ikut menyumbang sampah.

lebaran ramah lingkungan

Image from Pixabay

Sampah dapat dihasilkan dari kulit bawang yang kita gunakan sebagai bumbu opor dan rendang. Sampah juga berasal dari bungkus santan plastik yang kita gunakan sebagai salah satu bahan baku wajib masakan khas lebaran. Ada banyak sekali sumber sampah yang mungkin tidak kita sadari. Meski jumlahnya sedikit, bila digabung maka dapat menjadi gunung. Contoh lainnya adalah kulit kentang, tangkai cabe, jahe, lengkuas, lemak daging, isi perut ayam, dan lain sebagainya yang tidak masuk ke dalam daftar konsumsi kita. Tanpa dihitung, diam-diam kita sudah menyumbang banyak sampah hanya dari masakan yang kita buat. Memasak dalam porsi cukup akan membantu menekan jumlah limbah dari berbagai sumber ini.

Makanan yang bersisa juga sebaiknya tidak dibuang tapi diberikan kepada yang membutuhkan. Kita dapat menyisihkan sebagian makanan yang belum dimakan ke panti asuhan, panti jompo, maupun tuna wisma. Saat lebaran dapat kita manfaatkan dengan berbagi kepada siapa saja, tak sebatas pada keluarga.

Tidak membeli baju baru

Pakaian adalah salah satu jenis limbah yang peningkatan jumlahnya tak banyak kita sadari. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika, di negara itu saja pada 2014 ada 16 juta ton limbah tekstil. Bayangkan dengan jumlahnya di seluruh dunia. Tak hanya limbah dari industrik tekstil saja tetapi juga kebiasaan kita cepat berganti pakaian dengan mengikuti tren. Pakaian lama yang menumpuk di lemari dan belum cukup usang sudah berganti dengan pakaian terbaru di musim itu. Fakta lain adalah tekstil dan pakaian merupakan industri yang menyumbang polutan terbesar kedua di dunia setelah industri minyak. Industri tekstil dan pakaian dunia juga menyumbang 20% limbah air.

Kita tak bisa terus menghabiskan uang dengan membeli pakaian baru tiap lebaran sembari berharap lingkungan tidak akan tercemar. Kita harus berperan dengan cara mengurangi perilaku belanja baju baru. Baju lebaran tahun lalu masih bisa dipakai. Sepotong baju bisa dipakai puluhan bahkan ratusan kali, bukan hanya satu dua kali saja. Pakaian digunakan untuk menutupi badan kita, bukan menutupi bumi ini sebagai limbah. Selain itu mengurangi belanja pakaian juga akan membuat kita dapat lebih berhemat.

Cara lain yang juga berdampak pada lingkungan adalah membeli pakaian bekas layak pakai atau menggunakan pakaian daur ulang. Kita bisa mencari pakaian dari thrift shop maupun garage sale. Ada banyak pilihan pakaian dengan style vintage yang dapat kita gunakan. Selain lebih murah, kita juga memberikan kesempatan kedua pada sebuah produk fashion untuk memiliki jangka waktu penggunaan lebih panjang. Tips ini tak hanya berlaku untuk pakaian saja tetapi juga sepatu dan tas.

Naik angkutan umum

Polusi yang dihasilkan kendaraan sudah menjadi rahasia umum. Namun kita juga tak bisa menampik kebutuhan akan penggunaan kendaraan. Tak mungkin kita pulang kampung dengan jarak ribuan meter dengan berjalan kaki. Kita bisa tetap menggunakan kendaraan tapi dengan cara yang lebih bijak, apalagi untuk yang pulang kamu sendiri (tanpa membawa banyak anggota keluarga). Misalnya dengan menggunakan kendaraan umum, bukan kendaraan pribadi. Cara lain adalah dengan memanfaatkan program mudik gratis yang banyak diselenggarakan BUMN maupun berbagai perusahaan swasta. Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi juga berarti mengurangi andil kita dalam menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Membawa bekal

Perjalanan mudik yang panjang akan memakan waktu yang lama. Sebaiknya kita menyiapkan bekal dari rumah, bukan membeli di jalan. Ini akan membantu kita mengurangi sampah yang dihasilkan dari bungkus makanan. Namun kita bisa tetap membeli makanan di jalan dengan cara yang ramah lingkungan yaitu dengan membawa wadah sendiri. Begitu pula bila kita ingin berbelanja barang khas di daerah tujuan. Beberapa kota maupun kabupaten di Indonesia sudah menerapkan larangan penggunaan plastik. Sudah saatnya kita menyiapkan kantong kertas atau kantong kain sebagai wadah barang belanjaan kita.

Luigi's Hot Pizza Luigi's Hot Pizza

Luigi’s Hot Pizza: Pizza Rave Pertama di Bali

Lifestyle

Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase

Memorable Stay Experience at The Apurva Kempinski Bali

Culture

byrd house bali byrd house bali

Byrd House Bali: Pengalaman Kuliner Sempurna Berpadu Dengan Suasana Eksotis

Lifestyle

Bali Dynasty Resort Bali Dynasty Resort

Bali Dynasty Resort: Destinasi Populer Bagi Keluarga di Tepi Pantai Kuta Selatan

Lifestyle

Connect