Connect with us
taylor swift
Photo: Mark Metcalfe/Getty Images

Entertainment

Kontroversi Taylor Swift dan Scooter Braun Menjadi Pelajaran Penting Untuk Industri Musik

Mungkin drama Taylor Swift kali ini benar-benar akan memberikan pelajaran berharga.

Taylor Swift kembali terlibat dalam drama. Kali ini, bukan mengenai sahabat yang saling tuding berkhianat atau pun balada mantan kekasih. Sebaliknya, kontroversi yang diangkat kali ini justru memberikan sebuah titik terang pada industri musik. Setidaknya untuk para musisi dan karya ciptaan mereka. Di balik segala “perang” media sosial dengan beberapa musisi lain yang diklaim oleh Taytay melakukan bullying pada dirinya, terdapat beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian dari kontroversi kali ini.

Kontroversi bermula dari sebuah postingan di halaman Tumblr milik sang diva pop pada 30 Juni lalu. Di dalam postingan panjang yang ia tulis, Taytay membeberkan tentang permasalahan yang ia alami dengan sang mantan label, Big Machine Records. Lebih tepatnya mengenai bagaimana Big Machine Label menjual master recording dari 6 album Taylor Swift kepada Ithaca Holdings LLC, yang dimiliki oleh manajer artis kenamaan Scooter Braun.

Postingan tersebut berisi limpahan kekecewaan yang dialamatkan pada Scott Borchetta, pemilik label Big Machine Label Group sekaligus pada Braun. Akuisisi atas master recording yang ia miliki disebut oleh Swift sebagai skenario terburuk yang pernah terjadi pada dirinya. Terutama dengan bagaimana Braun, serta artis yang berada di bawah manajemennya melakukan serangkaian tindakan bullying pada Taylor Swift.

Swift menulis, “Artis muda atau anak-anak dengan impian musik akan membaca ini dan belajar tentang bagaimana melindungi diri mereka dengan lebih baik dalam negosiasi. Anda layak memiliki seni yang Anda buat.” Swift memang mengaku postingan tersebut dibuat selain ungkapan kekecewaan, juga untuk pelajaran pada musisi muda lain mengenai kepemilikan karya mereka sendiri.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Taylor Swift menandatangani kontrak eksklusif dengan Big Machine Records saat masih remaja. 6 album yang pernah dirilis, mulai dari ‘Taylor Swift’ pada 2006 lalu ‘Reputation’ yang meluncur tahun 2017 berada di bawah label ini. Rupanya saat menandatangani kontrak tersebut, Swift memberikan hak atas master recording albumnya pada label. Hal ini pun baru diketahui publik pada pengumuman Taylor Swift di tahun 2018 lalu, saat ia resmi keluar dari label Big Machine Records dan bergabung dengan Universal Music Group/Republic.

Saat itu pada pengumumannya, Swift menenangkan penggemar dengan menyebut label terbarunya, Universal Music Group, memberikan hak untuk mendapatkan kepemilikan master recording album sebelumnya. Keadaan yang berbeda dengan album yang sudah dirilis sebelumnya. Saat ini Big Machine menjual master recording album Taylor Swift ke Ithaca Holdings LLC berarti label milik Braun tersebut akan bertanggung jawab penuh pada penyebaran, royalti, copyright, bahkan penggunaan semua rilisan Swift sebelumnya. Keadaan yang sangat disesali olehnya karena ia mengklaim tak mendapatkan kesempatan untuk membeli master recording lebih dulu.

Tentu saja ini bukan berarti Taylor Swift kehilangan hak sepenuhnya untuk master recording dari lagu-lagu miliknya. Terutama mengingat ia masih memegang nyaris semua hak cipta dari lagu tersebut sebagai pencipta serta penulis. Namun kerja sama secara tandem antara label dan pemegang copyright, yang dibutuhkan dalam penyebaran lagu, royalti sampai lisensi akan menjadi sulit antara Swift dan Braun. Seperti disebut dalam Tumblr, manajer tersebut dituding melakukan bullying pada dirinya sejak bertahun-tahun lalu.

Taylor Swift Lover album cover

Taylor Swift Lover album cover

Kontroversi kepemilikan master recording antara Taylor Swift dan Scooter Braun memang sepertinya tak akan berakhir di meja hijau. Walau begitu, sederet musisi, seperti Sky Ferreira dan Halsey mengungkapkan pengalaman mereka mengenai sulitnya kerjasama dengan label mengenai perjanjian pemilikan master recording. Seperti juga yang diharapkan oleh Taylor Swift, drama ini mendorong para musisi muda serta industri untuk memberikan hak kepemilikan karya kepada sang pencipta, bukan ke perusahaan atau pun label.

Taylor Swift memang dikenal sebagai salah seorang musisi yang vokal mengenai hal ini. Mengingat ia sebelumnya juga mendorong berbagai media streaming online untuk memberikan pembayaran yang lebih layak pada para musisi. Mungkin, drama kali ini benar-benar akan memberikan pelajaran berharga.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Bradley Cooper Bradley Cooper

10 Film Bradley Cooper Terbaik dan Terpopuler

Cultura Lists

Connect