Connect with us

Film

Kids On the Slope dan Drama Persahabatan di Nagasaki

Film ini sangat cocok dinikmati pecinta musik dan penikmat drama persahabatan yang spesial.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Kids on the Slope (2018) adalah judul internasional dari Sakamichi no Apollon. Film live action ini diadaptasi dari sebuah manga berjudul sama yang terbit sejak 2007. Serial televisinya sendiri mulai mengudara sejak 2012. Film ini banyak direkomendasikan terutama oleh pecinta drama mengenai kisah persahabatan remaja. Meski kisahnya sendiri cukup klise tetapi tak ada salahnya kita menikmati sebagai cara untuk bernostalgia.

Kaoru Nishimi adalah anak pindahan yang tertutup. Sejak hari pertama di sekolah barunya di Nagasaki, ia sudah menjadi bahan pembicaraan orang. Ia yang kaya dianggap tak bisa didekati. Kaoru lalu berusaha kabur ke atap sekolah. Ia diperingatkan oleh Ritsuko Mukae sang ketua kelas untuk tidak naik. Namun Kaoru keburu berlari. Itulah pertama kalinya ia bertemu Sentaro Kawabuchi yaitu di atap sekolah.

Kids on the Slope review

Sentaro sangat berkebalikan dengan Ritsuko. Sentaro seperti berandalan. Anak yang suka berkelahi dan tidak fokus belajar. Ritsuko sendiri digambarkan sebagai anak perempuan pasif, lemah lembut, banyak tersenyum, dan hampir tak punya peran dalam kehidupan sosial. Ia mungkin ketua kelas tapi film ini fokus pada karakternya sebagai seorang subordinat. Pertemanan ketiga orang inilah yang menjadi fokus utama film dengan kepribadian mereka yang bertolak belakang.

Sebenarnya karakter Ritsuko sangat mengganggu. Meski Jepang memiliki budaya patriarki yang kental, agak aneh rasanya melihat perempuan sepasif Ritsuko. Bagaimana ia bisa cocok bergaul dengan Kaoru atau Sentaro masih menjadi misteri. Ia seperti patung yang dipajang di antara dua anak lekaki. Sikap yang dilembut-lembutkan itu bahkan lebih mengganggu lagi. Namun bisa saja ada penjelasan lain mengenai penggambaran karakter Ritsuko seperti pada masa itu begitulah masyarakat memiliki ekspektasi terhadap perempuan.

Hubungan Kaoru dan Sentaro sendiri juga sulit untuk dipahami. Bagaimana anak tertutup seperti Kaoru bisa akrab dengan anak nakal seperti Sentaro. Hubungan mereka bahkan lebih dominan dan meninggalkan Ritsuko sebagai pajangan. Mereka bisa menangis, berpelukan, juga baper-baperan. Rasanya tidak umum melihat ada lelaki yang ngambek dengan teman lelakinya lalu pergi meninggalkan kelas. Ini malah lebih cocok seperti pertengkaran sepasang kekasih.

Namun perlu digarisbawahi bahwa Kaoru dan Sentaro bukanlah gay. Mereka adalah sahabat. Kaoru menyukai Ritsuko yang ternyata jatuh cinta pada Sentaro. Lalu Sentaro menyukai Yurika yang ternyata pacar dari seniornya, Jun. Meski Jun dan Yurika hanya pemeran pendukung, hubungan mereka pun digambarkan tidak normal. Dialog mereka sedikit dan hubungan mereka dingin. Rasanya tak masuk akal kalau mengatakan mereka saling mencintai.

Satu-satunya yang dapat diterima akal sehat adalah kecintaan mereka terhadap musik. Musiklah yang menyatukan mereka. Meski demikian karakter dan masalah yang dibikin rumit sendiri itu masih sulit dipahami. Di sini pula digambarkan bagaimana rasisnya orang Amerika terhadap orang Jepang. Pelaut Amerika yang ada di bar mengejek Sentaro dan Kaoru. Namun akhirnya Sentaro, Kaoru, dan Jun memeroleh pengakuan setelah berhasil menyajikan pertunjukan yang apik.

Sebenarnya tidak ada masalah spesifik yang menjadi benang merah dari alur Kids on the Slope selain menggambarkan naik turunnya persahabatan mereka. Film ini bisa saja lebih baik lagi jika tokoh-tokohnya tidak digambarkan terlalu naif. Sentaro yang kelewat tidak peka ini menjadi terlihat pura-pura bodoh. Ketika Ritsuko pergi karena cemburu, ia tetap bergeming. Namun ketika Kaoru yang pergi ia malah mencoba menjelaskan keadaan. Film ini menjadi rentan disalahpahami sebagai film gay meski kedua tokoh pria digambarkan straight.

Ada pula plot hole yang tak dapat dijelaskan seperti siapa Jun dan bagaimana hubungannya dengan Sentaro maupun ayah Ritsuko. Ia bukan yang memerkenalkan musik pada Sentaro. Sentaro justru mengenal musik dari seorang kulit hitam. Berdasarkan cerita dari Sentaro sendiri, ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan ayah angkatnya. Namun tak dijelaskan pula bagaimana kini ia sangat dekat dengan ibu dan adik-adiknya.

Kids on the Slope review

Kaoru tinggal dengan sang bibi yang suka mengkritik. Tidak dijelaskan mengapa bibinya bersikap demikian. Sikap Kaoru yang mencium Ritsuko tanpa consent juga menjadi hal yang terlalu klise. Mengapa adegan romantis harus dilakukan dengan mencium orang yang kita sukai tanpa seizinnya dan membuat orang itu lari? Adegan itu terasa seperti pelecehan seksual. Apalagi ketika Kaoru mengatakan kepada adik Sentaro bahwa bila anak lelaki mengganggunya itu karena ia disukai.

Ada terlalu banyak stereotip yang muncul di sepanjang film. Tetapi Kids on the Slope masih memiliki banyak penggemar, terutama para penggemar drama percintaan dan persahabatan remaja. Film ini juga cocok bagi pecinta melodrama yang menyukai kisah cinta segitiga, bahkan segiempat. Pakem ini sering digunakan oleh drama Asia.

The Zone of Interest The Zone of Interest

The Zone of Interest: Penjelasan, Pesan, dan Kisah Nyata di Balik Film

Film

The Outfit The Outfit

The Outfit Review: Drama Gangster Klasik Berlokasi di Satu Tempat Penuh Misteri

Film

The Taste of Things The Taste of Things

The Taste of Things: Kuliner Prancis & Period Drama Romantis

Film

King Richard Review King Richard Review

10 Film Biopik Inspiratif & Memotivasi

Cultura Lists

Connect