Connect with us
pemenang tiff 2019
Kimberley French/20th Century Fox

Film

Jojo Rabbit Review: Melihat Perang Melalui Sudut Pandang Bocah 10 tahun

Lebih dari sekedar film komedi tentang bocah Nazi dan teman imajinasinya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Jojo Rabbit merupakan salah satu film yang bersinar di Academy Awards 2020 lalu. Film yang disutradarai oleh Taika Waititi ini berhasil membawa pulang piala Oscar Best Adapted Screenplay. Film ini juga masuk dalam salah satu nominasi Best Picture di ajang tersebut.

Jojo Rabbit diadaptasi dari sebuah novel berjudul ‘Caging Skies’ karya Christine Leunens. Bercerita tentang seorang bocah Jerman bernama Johannes Betzler atau lebih akrab dipanggil Jojo. Ia bergabung dalam Hitler Youth dan memiliki teman imajinasi dalam persona Adolf Hitler. Namun, keyakinannya pada rezim Nazi mengalami gejolak besar ketika Jojo menemukan seorang gadis Yahudi bernama Elsa bersembunyi di rumahnya atas bantuan ibunya.

Melihat Perang Dari Sudut Pandang yang Belum Pernah Diangkat Sebelumnya

Kita telah melihat berbagai sudut pandang pengalaman Perang Dunia II dari berbagai karakter. Mulai dari seorang pianis Yahudi pada The Pianist (2002), hingga seorang pengusaha yang awalnya hanya ingin mengambil keuntungan melalui Schindler’s List (1993). Kita juga telah melihat sudut pandang para pengikut Hitler dalam film Downfall (2004).

Semuanya film tentang Perang Dunia II setidaknya selalu menampilkan unsur-unsur yang sama; ketegangan, kengerian, dan keseriusan dalam membawakan materi-materi bersejarah tersebut.

Taika Waititi terkenal sebagai filmmaker dengan gaya humor yang khas. Ia mengeksekusi Jojo Rabbit dengan sentuhan komedi satire yang akan membuat penonton merasa tidak nyaman sekaligus tertawa. Pada awal film, kita akan merasa merinding melihat seorang anak berteriak “heil, Hitler” dengan ceria dan penuh semangat, hingga belajar memegang senjata dan dipersiapkan untuk berperang bahkan sebelum remaja.

Hitler Youth memang dulu benar-benar ada, dan hal tersebut bukanlah lelucon belaka. Sebuah kemah dimana anak-anak dicuci otaknya untuk memuja Adolf Hitler dan diperkenalkan oleh orang Yahudi yang digambarkan sebagai monster maupun iblis.

Jojo Rabbit Review

20th Century Fox

Mungkin kita akan tertawa ketika melihat Jojo mendeskripsikan orang Yahudi sebagai makhluk bertanduk yang bisa membaca pikiran orang. Melihat dialog tersebut sebagai materi lucu yang tidak serius. Namun, jika kita mau memahami lebih dalam lagi, bagaimana seorang bocah 10 tahun paham jika kaum Yahudi cuma manusia biasa? Ketika otak mereka telah dicuci dengan doktrin Nazi dari usia yang sangat muda.

Mengutip salah satu dialog Rosie, ibu Jojo, “You’re growing up too fast. Ten year-olds shouldn’t be celebrating war, talking politics”, merupakan salah satu dialog paling realistis yang menyedihkan dalam film ini. Namun, Jojo tidak menyadari betapa menyedihkan kenyataan tersebut, ia tidak tahu bagaimana rasanya menjadi bocah yang menghabiskan waktu dengan bermain tanpa beban negara di pundak mereka.

Adolf Hitler sebagai teman imajinasi digambarkan sebagai doktrin yang singgah di dalam otak Jojo. Kita juga akan melihat bagaimana perang dapat menjadi medan yang menakutkan dan traumatis bagi seorang bocah Jerman yang sebetulnya juga menjadi korban dari rezim Nazi.

Kemasan Ceria Dengan Referensi Budaya Pop yang Eye Catchy

Mengandung kisah dengan nyatakan mengerikan di dalamnya, Jojo Rabbit dikemas dengan produksi yang bernuansa retro dan pop yang eye catchy. Bahkan pada opening credit, kita akan mendengarkan “I Wanna Hold Your Hand” dari The Beatles yang dibawakan dalam bahasa Jerman. Memperlihatkan bagaimana Adolf Hitler dipandang semacam idola pop oleh generasi muda Jerman, tak jauh dengan bagaimana remaja sekarang yang mengidola seorang musisi.

Begitu juga dengan latar kota, interior ruangan, hingga desain kostum. Kita akan melihat Scarlett Johansson sebagai Rosie dengan gaya berpakaian retro mencolok dan fashionable. Begitu pula desain kostum para tentara cilik dan kapten yang eksentrik untuk memberikan sentuhan quirky. Hal ini karena konsep dunia anak-anak yang dianut oleh produksi film Jojo Rabbit.

Terkadang, kemasan ini akan membuat kita lupa bahwa hampir semua materi komedi yang ada sebetulnya bukan sekedar lelucon, tapi memang benar-benar terjadi dan secara ironis memang lucu jika dibahas sekarang, ketika perang sudah berlalu bertahun-tahun silam.

Deretan Aktor yang Tampil Unik dan Eksentrik

Jojo Rabbit menjadi penampilan debut bagi aktor muda Roman Griffin sebagai Jojo dan Archie Yates sebagai Yorkie. Keduanya selalu tampil menggemaskan dan lucu dalam setiap frame bersama. Menunjukan sisi anak-anak dari kedua karakter utama yang dilain sisi juga seorang patriot rezim Nazi.

Meski hanya muncul dalam beberapa adegan, Jojo dan Yorkie menampilkan chemistry yang lugu dan effortless. Menjadi salah satu adegan yang memberikan oase di tengah situasi perang yang menakutkan dan menghantui Jojo.

Sederet aktor lainnya juga berhasil membaur dengan konsep komedi satire yang diangkat dalam film ini. Mulai Taika Waititi sebagai versi jenaka dari Adolf Hitler yang masih memiliki sisi ambisius dan keras hati. Hingga Scarlett Johansson sebagai Rosie, warga Jerman yang secara rahasia tidak mendukung perang sekalipun anaknya seorang radikal.

Secara keseluruhan, Jojo Rabbit merupakan film komedi satire yang dieksekusi dengan baik. Tidak berusaha keras menjadi lucu, Taika Waititi berhasil mengambil berbagai referensi sejarah dan novel yang ia baca untuk menjadi materi komedi yang menunjukan sisi lain dari Perang Dunia II melalui kacamata seorang bocah 10 tahun yang polos.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect