Connect with us
Efek Rumah Kaca Band
Photo via Pinterest/Azhimi Ramdani

Music

Efek Rumah Kaca: Self-titled Album

Percaya diri dan berani sejak debut.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Efek Rumah Kaca (ERK) merilis album debut self-titled mereka pada tahun 2007 silam. Album tersebut tak hanya menjadi awal dari karir band asal Bandung ini, namun juga menjadi awal kebangkitan band-band indie lokal dengan cita rasa musik yang “berkelas”. Pada tahun 2000-an awal, industri musik lokal lebih didominasi dengan lagu pop bertema cinta yang melankolis. Muak dengan lagu ballad yang mendayu-dayu, tracklist didominasi dengan musik bergenre rock alternatif yang kencang dan materi lirik yang variatif.

Dibuka dengan track yang langsung lantang dan tanpa basa-basi, ‘Jalang’ menjadi lagu yang mengandung kritikan pada DPR yang kala itu sedang menggodok UU Pornografi dan Pornoaksi. ‘Jalang’ memiliki aransemen musik bagai teriak protes masyarakat pada pejabat tinggi negara yang berlagak suci. Tak sekadar merancau, namun dengan seruan statement sarkastik yang padat dan tegas . Ditulis menjadi lirik yang dinyanyikan berulang-ulang, berpadu aransemen musik repetitif ala rock alternatif yang adiktif dan membakar semangat.

‘Belanja Terus Sampai Mati’ juga merupakan track mengandung sindiran terhadap masyarakat urban yang konsumtif. Dibawakan dengan aransemen rock yang lebih ceria. Dengan riff dan melodi gitar yang dreamy dan drum dengan ketukan yang lebih variatif sepanjang lagu. Berhasil mengambarkan euforia belanja yang menyenangkan meski berdampingan dengan fakta bahwa kita telah menjadi korban kapitalisme.


“Atas bujukan setan, hasrat yang dijebak zaman, kita belanja terus sampai mati”

Begitu juga pada track keras ‘Efek Rumah Kaca’ yang hendak memberikan fakta tentang fenomena efek rumah kaca dengan konsekuensi yang mengerikan di masa depan. ERK juga menuangkan curahan hati mereka yang sudah muak dengan industri musik lokal melalui track ‘Cinta Melulu’. Produksi track satu ini merupakan perpaduan antara ‘Jalang’ dan ‘Belanja Terus Sampai Mati’; mengandung pengulangan lirik dan komposisi musik, dikemas dengan racikan chord yang fun dan playful. ‘Cinta Melulu’ tak hanya mengandung protes dengan lirik yang seakan mengolok-ngolok musisi lain, namun pembuktian serta contoh bahwa ERK bisa menciptakan lagu dengan nada mayor yang lebih fresh dan lirik yang tidak cinta melulu.

Pada track-track yang mengandung kritikan atau protes, ERK menulis lirik dengan bahasa apa adanya, tak berusaha menggubahnya menjadi syair yang puitis. Namun kaya dengan kosa kata yang lebih sering kita dengar di kolom opini koran atau buku filosofi politik. Terdengar cerdas dan efektif untuk mengedukasi para pendengarnya.

Bukan berarti ERK tak punya hati dan tak paham cinta, mereka miliki perspektif cinta yang berbeda melalui track ‘Jatuh Cinta Itu Biasa Saja’. Bahwa cinta merupakan proses alami dan bisa disikapi dengan tindakan yang didasari oleh logika. Begitu juga melalui track yang galau dan suram, ‘Melankolia’ merupakan lagu yang ditulis oleh Cholil Mahmud untuk mengenang kepergian ayahnya.

Frontman ERK tersebut juga menulis pengalaman pribadinya dengan seseorang sesama jenis yang menyukainya. Melalui track ‘Bukan Lawan Jenis’, Cholil justru ingin mengajak orang tersebut untuk tobat, bukannya membenci karena cinta tersebut terlarang menurut pandangan Cholil. Dibawakan aransemen musik slow rock yang hangat dan melankolis.

“Jika jatuh cinta itu buta, berdua kita akan tersesat, saling mencari di dalam gelap, kedua mata kita gelap, lalu hati kita gelap”

ERK juga memiliki kemampuan menciptakan lagu dengan penulis lirik puitis, namun sepertinya mereka lebih suka menulis lagu-lagu dengan lirik yang tegas dan to the point. Jika mereka mau, ‘Sebelah Menjadi’ menjadi bukti dari kemampuan tersebut. Penyakit diabetes tidak pernah dibawakan dengan cara sepuitis dan seartistik ini. Lagu ini terinspirasi dari penyakit yang diidap oleh bassist ERK, Adrian Yunan Faisal. Penyakit tersebut menyebabkan pengelihatannya memburuk. ‘Debu-Debu Bertebangan’ juga merupakan lagu dengan lirik berima bernuansa spiritual. Tentang kepercayaan dan kegelisahan setelah kehidupan berakhir nantinya. Dibawakan dengan aransemen rock psychedelic yang menghanyutkan.

Tribute untuk sosok pejuang hak asasi manusia Indonesia, Munir Said Thalib diabadikan oleh ERK melalui track ‘Di Udara’. Ditulis dalam perspektif Munir yang mengalami berbagai bentuk teror, namun hal tersebut tak akan pernah membuatnya berhenti memperjuangkan hal yang Ia anggap benar. Sepengal lirik ‘tapi aku tak pernah mati’ menjadi bentuk mengenang sosok Munir yang semangatnya tak akan pernah mati.

ERK hendak menyajikan materi lagu yang mengedukasi dan memberikan inspirasi bahwa kita memiliki kebebasan bersuara. Menjadi band yang saat itu masih dalam kategori ‘rookie’, ERK sudah berani membawakan lagu yang mengeritik pemerintah dan isu sosial di masyarakat. Tak berusaha dicintai, ERK justru mengungkapkan segala opini jujur dan kritikan tegas pada album pertamanya. Mereka ini menjadi musisi yang bisa dengan bebas mengutarakan pendapatnya melalui musik. Keberanian tersebut ‘lah yang berhasil membentuk karakter kuat Efek Rumah Kaca sebagai band indie di Indonesia.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect