Connect with us
Photo by cottonbro from Pexels

Current Issue

Bagaimana Pandemi Mampu Mengguncang Perekonomian Dunia?

PBB khawatir tahun 2020 hanya seperti sejarah yang terulang di tahun 1930.

Salah satu krisis ekonomi terbesar yang tercatat sepanjang sejarah adalah The Great Depression yang terjadi di tahun 1930. Ini disebut-sebut masa paling panjang, membuat depresi, dan melibatkan banyak negara di abad 20.

PBB khawatir hal ini akan kembali terjadi di tahun 2020 akibat pandemi. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memberikan estimasi bahwa akan ada 25 juta orang di seluruh dunia yang kehilangan pekerjaan. Ini setara dengan pendapatan sebesar 3,4 trilyun USD.

Menurut PBB, apa yang dilakukan oleh pemerintah dari tiap negara saat ini akan sangat memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi rakyatnya bertahun-tahun ke depan. Pemerintah diminta untuk melindungi jutaan pekerja kesehatan—yang umumnya perempuan. Bisa dibilang bila mengalami krisis ekonomi maka perempuan akan paling merasakan dampaknya. Namun ini bukan berarti mengesampingkan dampak ekonomi pada laki-laki.

Estimasi 25 juta orang yang kehilangan pekerjaan bukanlah angka kecil. Bahkan sebelum pandemi COVID-19 terjadi, di awal tahun ini tercatat 190 juta orang di dunia tidak memiliki pekerjaan. Ada empat sektor yang paling terkena dampak pandemi dan merupakan bagian dari 37.5% lapangan pekerjaan secara global. Sektor pertama adalah makanan dan akomodasi yaitu 144 juta pekerja, eceran dan grosir 482 juta, pelayanan dan administrasi 157 juta, serta manufaktur yaitu 463 juta.

Pekerja dari sektor informal selalu yang paling merasakan dampaknya baik dari krisis ekonomi maupun pandemi. Ditambah lagi jumlah mereka yang besar yaitu sebanyak 2 milyar orang. Ini setara dengan 61% jumlah pekerja di seluruh dunia. Belum lagi bila pemerintah dari negara yang terdampak tersebut tidak berhasil melindungi mereka dari kemiskinan.

Dampak ekonomi pasca pandemi

Photo by Gor Davtyan on Unsplash

Banyak dari pekerja sektor informal berasal dari lingkungan miskin dengan tingkat kebersihan yang buruk. Kesulitan mengakses air bersih membuat mereka lebih rentan terhadap pandemi. Mereka juga tinggal di area padat penduduk dan tidak memiliki privilege untuk melakukan isolasi mandiri bila sakit. Mereka adalah pihak yang paling rentan mengalami kematian.

Dengan hampir 1.5 juta orang terinfeksi Covid-19 dan lebih dari 83 ribu kematian, banyak negara dituntut untuk semakin mengetatkan peraturan. Pemerintah harus menekan penyebaran virus. Tak hanya karena tingkat kematian yang begitu tinggi, dalam jangka panjang perekonomian kita akan goyang. Bila virus ini tetap menjangkiti orang-orang hingga beberapa bulan ke depan maka perekonomian semakin lesu. Dengan mengambil kebijakan yang lebih radikal, diharapkan kita hanya akan “merugi” kurang dari setahun.

Guy Rider, Direktur Jendral Organisasi Buruh Internasional, mendorong pemerintah dari berbagai negara untuk lebih memperhatikan rakyat miskin. Pemerintah harus memberikan bantuan agar mereka tetap bisa bertahan hidup meski kehilangan pekerjaan.

Pandemi ini masih akan terus berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Estimasi 25 juta orang bisa membengkak jauh lebih besar. Tanpa adanya bantuan pada rakyat miskin, mereka hanya akan terpojok dengan dua pilihan: terjangkit Covid-19 atau terancam kelaparan.

Tak hanya PBB yang menggarisbawahi dampak krisis ekonomi terhadap perempuan. Menteri Tenaga Kerja Spanyol, Yolanda Diaz, mengatakan bias gender membuat 2 juta perempuan menganggur. Spanyol yang berada di peringkat kedua jumlah penderita Covid-19 tertinggi dunia dengan hampir 147 ribu orang mengatakan 834 ribu pekerjaan yang hilang selama Bulan Maret saja. Sektor yang paling terdampak adalah bar dan restoran.

Sektor kedua paling terdampak adalah konstruksi dan yang ketiga adalah pertanian. Sebelum pandemi ini terjadi, Spanyol sendiri telah mencatat adanya 3,5 juta pengangguran. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat karena angka kasus positif Covid-19 di Spanyol masih terus menanjak naik. Namun Spanyol tak memiliki pilihan lain selain melakukan lockdown. Tanpa adanya lockdown, penyebaran virus akan semakin pesat dan memakan korban jiwa. Ada atau tidak adanya lockdown perekonomian akan tetap guncang.

Amerika sendiri menduga 47 juta pekerjaan akan hilang akibat pandemi Covid-19 dan mengejutkan secara secara sejarah bila dibandingkan dengan keadaan 100 tahun terakhir. Amerika yang tidak melakukan lockdown secara nasional tetap mengalami kerugian yang sangat besar. Para tenaga medis dan karyawan lain yang menopang industri medis melakukan protes karena tidak tersedianya alat pelindung keselamatan yang memadai.

Baca Juga: Tips Keuangan Saat Wabah COVID-19

Tingkat kematian terus meroket dan kini mengancam nyawa para tenaga medis. Beberapa tenaga medis bahkan memilih untuk berhenti bekerja karena kecewa pada kebijakan pemerintah yang dinilai tak berhasil menekan angka penyebaran virus. Amerika sendiri kini menjadi pusat pandemi dengan lebih dari 400 ribu kasus. Hal yang mengerikan adalah, Amerika mengalami kenaikan puluhan ribu kasus bahkan dalam hitungan jam.

Bank Pembangunan Asia memperkirakan bila pandemi ini tidak diakhiri dalam enam bulan maka akan ada 68 juta pekerjaan yang hilang. Mau tak mau pemerintah dari negara-negara di Asia harus melakukan langkah lebih baik untuk menyelamatkan rakyatnya. Negara yang diduga mengalami dampak terburuk adalah China sebagai titik awal penyebaran pandemi dengan estimasi angka hingga 52,8 juta pekerja mengalami PHK. Indonesia sendiri berada di peringkat ke-7 dengan estimasi PHK yang dialami 1,4 juta orang.

Walaupun negara-negara di Asia Timur mencatatkan penurunan kasus positif Covid-19 bukan berarti mereka telah bebas dari ancaman pandemi. Para ahli mengkhawatirkan adanya gelombang kedua dari virus corona. China maupun negara-negara lain mencatatkan kasus impor yang artinya kasus positif tersebut berasal dari orang yang baru bepergian dari luar negeri. Tetapi tanpa kewaspadaan, angka kasus dapat kembali pecah dan menjadi tinggi.

Menurut Badan Perjalanan dan Pariwisata Dunia, sektor pariwisata di Asia akan paling terdampak dengan estimasi 30 juta pekerjaan yang hilang. Padahal kita baru memasuki bulan keempat di tahun 2020. Namun dengan tidak adanya perjalanan yang dapat dilakukan demi memutus mata rantai penyebaran virus, sektor pariwisata menjadi babak belur. Banyak maskapai yang berada di ambang kebangkrutan.

Indonesia sendiri sudah mulai merasakan ancaman krisis ekonomi. Lebih dari 30 ribu pekerja mengalami PHK dan 132 ribu dirumahkan di DKI Jakarta saja. Jawa Barat mencatat 43 ribu orang, Jawa Tengah hampir 3 ribu orang, dan Jawa Timur sekitar 6 ribu orang. Angka ini akan semakin bertambah mengingat kita belum berada di puncak pandemi. Ditambah lagi kita belum menghitung angka kehilangan pekerjaan di luar Pulau Jawa.

Perekonomian Indonesia Pandemi 2020

Photo by Larm Rmah on Unsplash

Di saat seperti ini, pemerintah sangat dibutuhkan demi memberi makan rakyatnya. Tentu semua negara terguncang ekonominya. Tak ada negara yang baik-baik saja di saat seperti ini. Namun tanpa adanya kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil semua menjadi percuma.

Himbauan untuk berada di rumah saja menjadi sia-sia karena adanya dorongan dari perut yang kelaparan untuk mencari makan. Ditambah lagi perusahaan yang tidak bisa atau tidak mau meliburkan karyawan karena menganggap kondisinya tidak genting.

Tak ada pilihan yang mudah di tengah-tengah pandemi. Apapun kebijakan yang diambil, lockdown maupun tidak, rakyat akan tetap menghadapi kematian. Dengan memastikan setiap perut yang ada di negara ini bisa makan meskipun tidak keluar rumah, kita dapat memastikan penyebaran virus lebih cepat dihentikan. Virus bukanlah sesuatu yang datang seperti musim dan dapat berlalu begitu saja. Kepergiannya tak dapat kita pastikan kecuali dengan bekerja keras membuat regulasi yang lebih baik.

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Luigi's Hot Pizza Luigi's Hot Pizza

Luigi’s Hot Pizza: Pizza Rave Pertama di Bali

Lifestyle

Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase

Memorable Stay Experience at The Apurva Kempinski Bali

Culture

byrd house bali byrd house bali

Byrd House Bali: Pengalaman Kuliner Sempurna Berpadu Dengan Suasana Eksotis

Lifestyle

Connect