Connect with us
Antebellum
Photo: Matt Kennedy

Film

Antebellum Review: Horor Perbudakan Yang Tidak Cukup Kohesif

Antebellum melewatkan kesempatan untuk menyentil isu rasial dengan lebih kohesif dalam kengerian fiksi perbudakannya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Perbudakan yang dialami selama lebih dari seribu tahun oleh orang kulit hitam di seluruh dunia bukan hanya mimpi buruk semata. Sejarah dengan jelas membuktikan betapa kejamnya orang kulit putih yang memperdagangkan, memperbudak, dan menyiksa orang kulit hitam dengan bebasnya. Hingga sekarang, trauma ras tersebut masih sangat membekas dan diskriminasi masih terus terjadi. Antebellum melihat peluang dari keadaan ini dan berusaha mengimajinasikan sebuah kisah dimana orang kulit hitam kembali ke masa perbudakan.

Antebellum dibuka dengan situasi di sebuah perkebunan kapas yang dipenuhi dengan budak kulit hitam, tentara konfederasi, dan situasi yang secara keseluruhan menunjukkan keadaan di zaman perbudakan dulu. Di tempat tersebut, Eden (Janelle Monáe) dipandang tinggi oleh beberapa budak lainnya meskipun dirinya baru saja menginjakkan kaki di perkebunan tersebut. Kisah yang dimulai seakan ingin menunjukkan kengerian perbudakan secara sederhana, ternyata lebih rumit dari yang dikira.

Antebellum Review

Lionsgate

Dibagi menjadi tiga babak, Antebellum sebenarnya memiliki potensial yang sangat besar untuk mengangkat tema yang sangat sensitif ini dengan kejutan-kejutannya sendiri. Ketiga babaknya sendiri sudah sangat tepat dalam hal urutan. Namun sayangnya, tidak ada rasa ketersambungan yang cukup dalam di antara masing-masing babak.

Ketika mencapai babak ketiga, penonton akan menyadari sejumlah foreshadowing yang telah ditebar sejak babak pertama. Tetapi hal-hal tersebut tetap hanya menjalin hubungan di permukaan tanpa arti yang mendalam. Mungkin menjadi jelas mengapa Eden dipandang sebagai pemimpin perlawanan di perkebunan tersebut, tetapi hal ini justru semakin menimbulkan pertanyaan terhadap maksud tersiratnya. Apakah para penulisnya bermaksud untuk menanamkan bahwa penggerak pergerakan harus berasal dari kalangan akademia?

Apabila pesan dekolonisasi yang ingin disampaikan memang disiratkan demikian, maka mungkin Antebellum justru melenceng terlalu jauh dari tujuannya. Film ini rasanya ingin melakukan kajian karakter terhadap Eden tetapi tidak tepat karena tema yang diangkat justru masalah yang mengungkit sebuah komunitas, bukan individu. Gerard Bush dan Christopher Renz mungkin bermaksud untuk menyuarakan pandangan terdidiknya mengenai isu ini, tetapi justru menghasilkan sebuah kisah yang sarat dengan kepekaan komunitas.

Walau begitu, Antebellum masih cukup menghibur untuk disaksikan di rumah. Mungkin film ini tidak cukup pantas untuk dimasukkan dalam deretan film horor yang harus ditonton dalam rangka Halloween bulan ini, tetapi deretan kejutan yang ada di dalamnya masih cukup seru untuk dinantikan. Bukan hanya itu, visual yang disuguhkan juga cukup memanjakan mata dengan Pedro Luque di bagian sinematografi yang berhasil mengambil perubahan antara perkebunan kapas dengan perkotaan di abad ke-21.

Antebellum

Lionsgate

Janelle Monae dalam film ini juga sangat bersinar gemilang dan menutupi kekurangan kisahnya yang hampa tanpa nilai. Berperan sebagai Eden, sang aktris tidak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan seluruh emosinya sejak babak pertama. Di babak kedua film pun, Janelle dengan sangat cerdik memerankan karakter yang sangat berbeda tetapi juga sangat sama dengan karakternya di babak pertama.

Sesungguhnya talenta Janelle Monae seperti disia-siakan dalam Antebellum. Namun kemampuannya untuk dapat mengangkat kisah ini dan menarik penonton untuk terus mengikuti kajian karakter yang tidak pada tempatnya ini semakin menunjukkan kekuatannya sebagai seorang aktris. Walau film horor thriller satu ini dikatakan gagal oleh banyak kritikus, tetap dapat dikatakan bahwa Janelle Monae sukses bersinar di dalamnya.

Untuk film yang memiliki sejumlah plot twist masuk akal yang menghibur, Antebellum tidak dapat dikatakan gagal seutuhnya. Keseluruhan film ini masih sangat dapat dinikmati tanpa kritik yang spesifik. Namun untuk film yang bermaksud untuk mengangkat masalah sosial ke dalam film horor, Antebellum masih kurang cukup mapan dalam eksekusinya.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect