Connect with us
Always Be My Maybe Review
Ali Wong & Randall Park. | Netflix

Film

Always Be My Maybe Review: Panggungnya Bintang Asia

Setelah Crazy Rich Asian, kita punya pilihan lain mengenai representasi Asia di film ini.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ali Wong dan Randall Park adalah produser, penulis, sekaligu pemeran utama dalam Always Be My Maybe. Inilah yang harus dilakukan oleh semua orang Asia agar kita direpresentasikan lebih baik dalam kancah industri film dunia: yaitu memproduksinya sendiri. Tentunya dengan pendekatan yang mudah diterima seperti romcom (romantic comedy) begini, siapa yang tak jatuh cinta? Apalagi Ali Wong yang memang seorang komedian membuat Always Be My Maybe (2019) menjadi sangat menarik. Jangan lupakan ada Keanu Reeves di sini.

Ali Wong memerankan Sasha Tran, seorang anak perempuan manis yang tumbuh menjadi perempuan sukses sekaligus ambisius. Ia seorang selebriti chef juga memiliki banyak restoran. Sebenarnya pilihan karirnya cukup unik mengingat ketika kecil Sasha tidak terlihat diajari memasak oleh orangtuanya. Ia justru kerap menghabiskan waktu sendirian di rumah dengan daging ham dan nasi seadanya. Lalu kenapa Sasha bisa punya passion memasak? Lucunya, passion ini justru ditularkan oleh tetangganya, seorang Korea bernama Bu Judy Kim.

Bu Judy memiliki anak lelaki bernama Markus Kim yang ketika kecil berwajah imut dan bertubuh gempal. Marcus dan Sasha bersahabat baik selain karena mereka sesama Asia, tembok rumah mereka juga menempel. Mereka kerap menghabiskan waktu bersama. Aktor dan aktris yang memerankan tokoh Markus dan Sasha versi anak-anak sangat brilian. Keduanya memiliki chemistry yang kuat selayaknya persahabatan anak-anak. Mereka makan bersama, melakukan photo box, juga jalan-jalan tentunya setelah minta uang jajan.

always be my maybe review indonesia

Marcus and Sasha kecil. | Netflix

Kemudian Bu Judy meninggal dan membuat Markus serta ayahnya, Pak Kim, patah hati. Sebagai teman yang baik Sasha mencoba menghibur. Tapi tentunya mana bisa kita percaya ada persahabatan yang murni di antara perempuan dan lelaki? Mereka malah jatuh cinta. Namun cara mengungkapkannya sedikit buruk yaitu langsung berhubungan seksual. Di sinilah Ali mulai menampilkan ekspresinya yang priceless. Untunglah dia jadi pemeran utama. Banyak scene sex dalam film serupa yang tidak digambarkan secara realistis. Contohnya ketika dua orang yang baru pertama kali berhubungan langsung terlihat mumpuni.

Padahal seharusnya sex digambarkan secara manusiawi. Sex tak melulu sekadar romansa tapi juga mengenai hal tak terduga atau lucu seperti dalam Always Be My Maybe. Seperti Sasha yang memasang ekspresi jelek karena betapa awkward-nya kejadian meniduri sahabat sendiri. Diceritakan bahwa Sasha dan Marcus baru pertama kali berhubungan seksual. Sasha menanyakan kenapa mobil Marcus berbau keju parmesan (mereka melakukannya di mobil). Sasha juga bertanya kapan Marcus mulai belajar memasang kondom. Untuk sebuah romcom, menyelipkan konten edukasi sex seperti ini sangat baik terutama untuk generasi Netflix and Chill yang lebih menyukai sex kasual.

always be my maybe review

Ali Wong and Keanu Reeves, who plays a version of himself. | Doane Gregory / Netflix

Keanu Reeves sudah seharusnya berakting lebih banyak dalam film komedi. Always Be My Maybe adalah buktinya, ia sangat bagus dan total. Keanu yang karismatik, humble, keren, sekaligus tampan bisa terlihat cringey, bodoh, mudah terpancing, juga sangat menggoda. Meski bagaimanapun Keanu digambarkan akan membuat leleh kaum hawa, sangat menyegarkan sekali melihatnya mengambil peran dalam film ini. Keanu menunjukkan ia tak hanya pandai dalam scene laga.

Walau sebenarnya Always Be My Maybe memiliki plot yang sederhana saja yaitu dua orang yang saling mencintai tapi sulit beradaptasi, bumbu-bumbu yang diramu cukup apik. Kita akan terhibur pula dengan pemeran-pemeran pendukungnya misalnya Vivian Bang yang memerankan Jenny. Jenny adalah gambaran yang sedikit aneh maupun rasis karena ia memakai gaya rambut dreadlock. Di satu sisi Jenny adalah karakter yang lucu tetapi di sisi lain ia penuh dengan stereotip. Apakah perempuan yang terlihat berbeda harus digolongkan aneh? Apakah perempuan yang normal harus tampak seperti Sasha sementara perempuan seperti Jenny tidak normal?

always be my maybe netflix review

Always Be My Maybe | Netflix

Pecinta romcom akan terhibur, tertawa, juga bersedih melihat lika-liku romansa Sasha dan Marcus. Tapi bagi yang bukan pecinta romcom akan gatal sekali untuk berkomentar mengenai love-hate relationship yang mereka bangun selama belasan tahun. Mengapa jatuh cinta menjadi begitu rumit? Mengapa tidak berpisah saja? Seharusnya hubungan dua insan yang terlalu berbeda dan terlihat sangat dipaksakan tidak usah dijalani saja. Film semacam Always Be My Maybe selalu menawarkan pakem bahwa dua insan manusia yang sangat berbeda justru berhasil berjuang menggapai cintanya.

Padahal kalau kita realistis, sebaiknya kita tak usah saling menyakiti dan memilih menjalani hubungan yang lebih sederhana. Always Be My Maybe menunjukkan inilah kenapa ada banyak coach dating di Instagram. Yaitu pasangan-pasangan yang tak mampu menilai kelayakan hubungan mereka untuk diperjuangkan atau diakhiri. Seperti Marcus yang secara eksplisit memaksa teman-temannya memberi tahunya bahwa ia dan Sasha mungkin tidak ditakdirkan bersama.

Ali dan Randall sepertinya berupaya menunjukkan superioritas Asia dengan menjadikan aktor maupun aktris kulit putih sebagai pemeran figuran. Misalnya sebagai seorang chef, Sasha membawahi para koki, pelayan, maupun staff yang berkulit putih. Ada pula representasi dari kelompok lain misalnya LGBT. Salah satu personel band Marcus adalah orang India. Walau tak adil rasanya menyebut film ini representasi Asia bila mayoritas tokoh yang memegang peranan penting dalam plot berasal dari Asia timur saja, setidaknya kita punya pilihan.

Ali dan Randall juga menyelipkan pesan mengenai feminisme. Misalnya Marcus yang digambarkan sebagai contoh dari lelaki dengan maskulinitas yang beracun. Ia rendah diri, tertinggal, tak suka pada inovasi dan perubahan, serta tak bisa melupakan masa lalu. Marcus tak mampu melihat dirinya di samping Sasha tanpa merasa buruk. Namun jangan khawatir, film ini takkan membuat penontonnya merasa trauma atau membenci tokoh Markus. Pergolakan batin Markus akan diselesaikan dengan baik.

Sebagai sebuah romcom, Always Be My Maybe memberikan banyak kebaruan yang sangat kita nantikan dari industri film. Skenarionya ditulis dengan rapi, begitu pula para aktor dan atkrisnya bermain dengan baik. Soundtracknya juga sangat berkesan. Ada beberapa stereotip yang dipatahkan, ada pula stereotip yang dipertahankan dengan tujuan komedi. Tak melulu membuat tertawa, Always Be My Maybe juga mampu membuat kita meneteskan air mata karena konflik keluarga. Film ini dapat dinikmati di Netflix.

The Zone of Interest The Zone of Interest

The Zone of Interest: Penjelasan, Pesan, dan Kisah Nyata di Balik Film

Film

The Outfit The Outfit

The Outfit Review: Drama Gangster Klasik Berlokasi di Satu Tempat Penuh Misteri

Film

The Taste of Things The Taste of Things

The Taste of Things: Kuliner Prancis & Period Drama Romantis

Film

King Richard Review King Richard Review

10 Film Biopik Inspiratif & Memotivasi

Cultura Lists

Connect