Connect with us
Alice in Borderland
Netflix

TV

Alice in Borderland Review: Usaha Arisu Bertahan Hidup dari Berbagai Game Menantang

Adaptasi manga yang maksimal dengan genre thriller menegangkan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Alice in Borderland” merupakan Netflix Original Series yang masih hangat diperbincangkan, rilis pada Desember 2020 lalu. Serial bergenre thriller sci-fi ini merupakan adaptasi dari manga berjudul serupa karya Haro Aso. Serial “Alice in Borderland” disutradarai oleh Shinsuke Sato, dibintangi oleh Kento Yamazaki dan Tao Tsuchiya.

Arisu adalah seorang pengangguran yang terobsesi bermain game sepanjang hari. Suatu hari, Ia bersama kedua sahabatnya, Chota dan Daikichi, secara tiba-tiba berada di kota Tokyo yang sunyi. Ketiganya dipaksa untuk mengikuti serangkaian permainan yang membutuhkan logika hingga mengorbankan perasaan untuk bertahan hidup, atau kalah dan mati.

Alice in Borderland Review

Netflix

Serial Bergenre Survival Thriller yang Menegangkan dan Emosional

Pada episode pertama, kita akan diajak beradaptasi dengan medan, dengan gambaran cara kerja permainan serta konsekuensi yang harus ditanggung setiap pemain.

Kemudian memasuki episode kedua, ada penambahan karakter dan informasi tambahan tentang permainan yang membutuhkan logika, stamina, kerja tim, hingga mengorbankan perasaan. Setiap permainan yang disuguhkan setiap episodenya diarahkan dengan sangat baik secara sinematik maupun skenarionya. Setiap sesi permainan selalu membuat kita merasa terteror, benar-benar terasa seperti antara hidup dan mati.

Beberapa permainan yang membutuhkan logika memiliki suasana yang menegangkan dan bikin panik. Tak semua permainan menghadirkan ketegangan, ada juga satu episode dengan permainan “spesial” yang termasuk salah satu episode paling emosional dalam serial ini. Bukan rasa tegang atau teror, episode 3 memiliki cerita yang sentimental dan cukup menggugah perasaan. Kedepannya juga akan ada hubungan antara karakter yang memberikan sentuhan drama melankolis dalam dimensi distopia ini.

Tak hanya setiap babak permainan yang akan membuat kita merasa terteror, akan ada juga beberapa karakter dengan penokohan yang anarkis. Diselipkan juga intrik, pengkhianatan, manipulasi, yang membuat manusia lebih menakutkan dari situasi anomali dalam kisah ini.

Netflix

Premis Menarik dengan Plot yang Selalu Berkembang

Setidaknya sampai episode 3, kita akan berasumsi bahwa premis tidak akan berkembang kemana-mana. Serial ini akan berpusat pada Arisu dan kawan-kawan, berusaha menaklukan setiap permainan bersama untuk bertahan hidup. Namun, akan selalu ada perkembangan line up karakter dan plot yang lebih dari ekspektasi kita. Bukan sesuatu yang bersifat plot twist, namun perkembangan plot yang bertahap dan memperkaya alur cerita.

Manga shounen dengan genre suspense fantasi seperti ini sudah biasa identik dengan sederet karakter yang beragam. Setiap karakter dalam serial ini cukup memorable, meski ada beberapa perubahan penokohan dan desain karakter secara fisik. Mulai dari Arisu, tipikal “laki-laki biasa” namun memiliki bakat dalam berlogika, Usagi sebagai gadis tomboy yang atletik, Chishiya dengan rambut putihnya yang khas serta cerdik, hingga dua karakter yang paling menakutkan yaitu Niragi dan Last Boss. Masih banyak lagi karakter ikonik dan krusial dengan eksekusi akting maksimal dari setiap aktornya.

Adaptasi Manga yang Maksimal secara Produksi, Meski ada Beberapa Perubahan Krusial

Sekali lagi, Netflix menyajikan serial adaptasi manga atau komik yang maksimal. Sebagian besar produksi “Alice in Borderland” mengandalkan CGI. Mulai dari latar kota Tokyo yang kosong melompong dan efek tertentu untuk mendukung menampilkan distopia yang suram. Meski ada beberapa efek CGI hewan buas dan cipratan darah yang terkesan kasar, celah tersebut tertutup oleh eksekusi produksi lainnya yang sudah bagus. Mulai dari desain venue permainan, hingga sinematografi menggugah ketika memperlihatkan panorama kota Tokyo dari wide angle.

Sebagai serial adaptasi manga, serial “Alice in Borderland” mengalami cukup banyak perubahan dari cerita aslinya. Mulai dari latar belakang beberapa karakter yang diubah sedikit, hingga dipotongnya beberapa sesi permainan yang seharusnya bisa memberikan penokohan lebih pada karakter tertentu. Ada juga beberapa adegan krusial dan plot yang disajikan secara berbeda dari manganya. Namun, buat kita yang belum pernah membaca manganya, perubahan ini tidak akan memiliki dampak besar. Serial ini tetap seru untuk ditonton dari awal hingga akhir. Meski memang ada beberapa perubahan yang cukup disayangkan.

Secara keseluruhan, jika tanpa membandingkan dengan manga-nya, “Alice in Borderland” merupakan serial dengan produksi yang ambisius. Ambisi tersebut terbukti dengan sudah adanya pengumuman musim kedua dari serial ini dari Netflix secara resmi. Buat yang menggemari cerita survival seperti “The Hunger Games” dan sejenisnya, “Alice in Borderland” bisa menjadi tontonan yang seru.

24 Jam Bersama Gaspar 24 Jam Bersama Gaspar

24 Jam Bersama Gaspar Review: Petualangan di Negeri Distopia Suram

Film

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

House of Ninjas House of Ninjas

House of Ninjas Review: Laga Ninja Berlatar Thriller Spionase Modern

TV

American Fiction Review American Fiction Review

American Fiction Review: Film Satir Sajikan Prespektif Baru dari Black Culture

Film

Connect